Wihadi melanjutkan, secara rinci, defisit anggaran pada 2020 disebabkan karena penerimaan negara yang minus 16,7 persen year on year (yoy) dengan realisasi sebesar Rp1.631,6 triliun.
"Pencapaian ini juga setara dengan 96,1 persen dari target penerimaan negara yang dipatok sebesar Rp 1.699,9 triliun," ujarnya.
Namun demikian, realisasi belanja negara sepanjang 2020 sebesar Rp2.589,9 triliun atau tumbuh 12,2 persen dari belanja negara di periode sama tahun lalu sejumlah Rp 2.309,3 triliun. Hanya saja, belanja negara tahun lalu cuma mampu terserap 94,6 persen dari outlook.
“Di tengah pandemi ini, walaupun APBN mengalami defisit tetapi masih bisa mendapatkan angka yang sudah cukup. Saya mengapresiasi hal tersebut. Jadi kuncinya ialah tetap menjalin kerja sama, terus saling mendukung agar perekonomian kita kembali bangkit,” imbuhnya. (RAMA)