“Kemenparekraf juga memastikan daerah penyangga lain akan mendapat program serupa. Jadi wisatawan yang datang kan bukan diam di Mandalika saja misalkan. Mereka pasti akan ke destinasi lain juga, yang saat ini paling mendesak untuk disertifikasi terkait dengan hospitality. Untuk SDM di hotel dan restoran sudah cukup siap. Yang perlu digenjot lagi adalah pemandu wisata,” katanya.
Sementara itu, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kemenparekraf Vinsensius Jemadu menjelaskan, desa wisata dapat menopang perekonomian Indonesia.
Vinsensius juga mengatakan bahwa pihaknya melakukan hal lain sebagai komitmen untuk mengembangkan desa wisata yakni program sertifikasi desa wisata. Pada 2020, Kemenparekraf telah memberikan sertifikasi desa wisata berkelanjutan kepada 16 desa wisata. Tahun ini, jumlahnya naik menjadi empat kali lipat.
“Tahun ini ada 60 desa wisata yang akan disertifikasi oleh Kemenparekraf. Potensi desa wisata juga tercatat dalam Anugerah Desa Wisata Indonesia 2021, dimana peserta yang mendaftar mencapai 1.831 peserta dari 34 provinsi di Indonesia. Jumlah tersebut melebihi ekspektasi awal yang hanya sekitar 700 peserta,” katanya.
Lebih lanjut Vinsensius menjelaskan, produk wisata juga memiliki andil dalam membuat desa wisata semakin berkembang. Pengemasan produk wisata menurutnya perlu didukung oleh sejumlah fasilitas. Diantaranya adalah tersedianya homestay, rumah makan, kafe, dan pusat informasi. Kemudian sarana komunikasi yang baik, jaringan sinyal yang stabil, serta tersedianya air bersih dan listrik.