Lebih jauh dia mengungkapkan, industri manukfaktur di Jatim memiliki kontribusi besar yakni lebih dari 30%. Hal itu bisa menjadi potensi kerja sama strategis antara Jatim dengan Sulut.
"Katakanlah bahan bakunya dari Sulut. Rempah-rempahnya di sini luar biasa. Kemudian proses manufakturnya di Jatim dan kemudian kembali menemukan pasar di Sulut. Ini akan jadi kontrak bisnis yang win-win profit,” jelasnya.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, transaksi perdagangan antara Jatim dan Sulut ditahun 2021 mencapai Rp1,75 triliun. Dengan rincian nilai muat (Jatim ke Sulut) sebesar Rp1,45 triliun dan nilai bongkar (Sulut ke Jatim) sebesar Rp300,45 miliar. Dari transaksi ini, neraca perdagangan Jatim atas Sulut mengalami surplus sebesar Rp1,15 triliun.
Adapun barang yang diminati oleh Provinsi Sulut dari Jatim adalah Minyak bahan bakar, cerutu dan sigaret, buah apel, perhiasan dan aksesoris, jeruk pamelo, anggur, motor, daging dan telur ayam, minyak goreng, dan sebagainya.
Sedangkan barang yang diminati Provinsi Jatim dari Sulut adalah briket batu bara, ikan hidup, kayu gelondongan dari pohon bukan jenis konifera, ikan beku, biji pala, bunga pala, kapulaga, getah alam, kacang-kacangan, dan lainnya. (FAY)