IDXChannel - Jika mengacu pada Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), maka jumlah tenaga kesehatan di Indonesia masih sangat sedikit. Rasio ideal antara dokter dan masyarakat itu 1:1000 orang, artinya satu dokter melayani 1.000 penduduk di satu wilayah.
Sayangnya, di Indonesia jumlah ideal tersebut masih jauh dari kenyataan. Diterangkan Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, ketersediaan dokter di Indonesia saat ini hanya 101.476 dokter dengan jumlah populasi sekitar 273.984.400 jiwa.
"Artinya, Indonesia masih kekurangan sekitar 172.508 dokter. Untuk itu perlu ada pecepatan penambahan jumlah dokter agar memenuhi rasio ideal WHO tersebut," papar Menkes Budi di Webinar Pertemuan Diaspora Kesehatan Indonesia Kawasan Amerika dan Eropa, Minggu (17/4/2022).
Ia melanjutkan, dengan tingkat kelulusan dokter sebanyak 12 ribu orang per tahun, setidaknya butuh waktu sekitar 10 tahun untuk memenuhi rasio dokter di Indonesia.
"Kita harus percepat kejarnya, karena kalau tidak, akan semakin banyak masyarakat yang tidak tertolong," tambah Menkes.
Kementerian Kesehatan tengah menjajaki kerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk menambah jumlah fakultas kedokteran dan meningkatkan produksi tenaga kesehatan. Penambahan ini sebagai upaya pemenuhan dan pemerataan tenaga kesehatan di Indonesia.
Skema yang disiapkan pemerintah adalah menerapkan konsep pengampuan dan sharing knowledge lintas daerah. Masing-masing fakultas kedokteran dan RS akan mengampu fakultas kedokteran dan RS lain di seluruh Indonesia.
Untuk itu, ke depan jumlah dokter, dosen dan RS akan ditambah tanpa mengurangi kualitas layanan. Ditargetkan penyediaan dokter ini akan tercapai dalam 10 tahun.
"Prodi-prodinya aku minta dibuka lebih banyak, terutama penyebab kematian yang lebih besar di Indonesia, kanker, stroke, dan jantung. Itu butuhnya spesialisnya apa saja, prodinya harus ada," kata Menkes.
Kemenkes saat ini telah melakukan pemetaan kebutuhan dokter di seluruh daerah di Indonesia. Diharapkan dalam waktu lebih cepat bisa segera direalisasikan untuk memperkecil gap rasio dokter.
Oleh karena itu, Menkes ingin pertemuan dengan diaspora kesehatan Indonesia tersebut menjadi awal yang baik bagi peningkatan pembangunan kesehatan di Tanah Air.
Berbagai ide, masukan ataupun saran dari berbagai diaspora kesehatan Indonesia diharapkan bisa memperkuat roadmap Kementerian Kesehatan untuk menyukseskan transformasi sistem kesehatan.
"Mudah-mudahan ini bisa menjadi sarana untuk meningkatkan dan memperkuat diaspora kesehatan Indonesia. Sebenarnya tidak apa-apa kalau tidak kembali ke Indonesia, yang penting ada jaringannya, ada akses ke riset, kita bareng-bareng bangun sistem kesehatan yang lebih bagus dan lebih kuat di manapun kita berada," ungkap Menkes. (TYO)