Pemanfaatan compressed biomethane tersebut, menurut Abdul Ghani, selain akan berkontribusi baik terhadap lingkungan, juga diharapkan mampu mengurangi impor LPG sehingga membantu penghematan keuangan negara.
“Kami selaku induk Holding di klaster perkebunan dan kehutanan, juga mencanangkan program Akselerasi Pengembangan Energi Baru Terbarukan melalui pengembangan pabrik BioCNG berbasis limbah cair kelapa sawit (POME),” tutur Abdul Gani.
Disampaikannya pula, kerja sama antara kedua belah pihak mencakup pengembangan fasilitas produksi biomethane. Nantinya, Holding Perkebunan Nusantara akan menyuplai bahan baku berupa limbah cair kelapa sawit atau palm oil mill effluent (POME) yang dihasilkan dari pabrik kelapa sawit (PKS) milik PTPN III di Bah Jambi, Sei Silau, dan Sei Meranti.
POME selanjutnya akan diolah menjadi biogas dan kemudian dilakukan pemurnian serta dikompresi menjadi compressed biomethane di plant milik Pertamina NRE. Sedangkan Pertagas Niaga membeli compressed biomethane dari Pertamina NRE dengan total volume mencapai 300 MMBTU/hari per lokasi PKS.
Komitmen PTPN Group dalam mendukung transisi energi bersih, juga dilakukan melalui revitalisasi industri gula nasional, yaitu dengan membentuk PT Sinergi Gula Nusantara atau SugarCo, sebagai subholding industri gula.