sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Efek Guncangan Perbankan Global Belum Mereda, Harga Minyak dan Emas Masih Fluktuatif

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
27/03/2023 13:06 WIB
Harga emas kembali anjlok pada perdagangan Senin (27/3) karena para trader merealisasikan keuntungan.
Efek Guncangan Perbankan Global Belum Mereda, Harga Minyak dan Emas Masih Fluktuatif. (Foto: MNC Media)
Efek Guncangan Perbankan Global Belum Mereda, Harga Minyak dan Emas Masih Fluktuatif. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Harga emas kembali anjlok pada perdagangan Senin (27/3) karena para trader merealisasikan keuntungan usai kenaikan yang kuat pasca runtuhnya Sillicon Valley Bank (SVB) yang diikuti sejumlah bank ternama lainnya.

Meski turun, kekhawatiran krisis perbankan global membuat permintaan instrumen safe-haven ini tetap tinggi.

Harga emas melonjak ke lebih dari USD2.000 per ons pada minggu lalu di tengah kekhawatiran domino jatuhnya bank-bank AS dan Eropa. Bahkan, kenaikan logam mulia ini melampaui dolar sebagai aset safe-haven tahun ini.

Pasar emas tampaknya melihat aksi ambil untung pada perdagangan hari ini dan tengah berada di bawah tekanan akibat kebangkitan dolar setelah beberapa pejabat The Federal Reserve (The Fed) mengatakan kemungkinan bank sentral akan menaikkan suku bunga setidaknya dua kali lagi.

Harga emas pasar spot jatuh 0,27% ke level USD1973,31, sementara emas berjangka (futures) dengan kontrak Juni anjlok 0,46% di level USD1994,2 pukul 12.00 WIB. (Lihat grafik di bawah ini.)

Minyak Mentah Naik

Sementara di pasar energi, harga minyak kembali menguat pada perdagangan Asia pada Senin (27/3). Harga minyak Brent berjangka naik 0,31% atau USD74,82 per barel sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) 0,40% atau USD69,56 per barel pada pukul 12.38 WIB. Kedua kontrak naik antara 2% hingga 4% sejak minggu lalu.

Efek dari krisis perbankan beberapa minggu terakhir nampaknya mulai mereda di tengah kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan geopolitik setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan dia akan menempatkan senjata nuklir taktis di Belarus.

Kondisi ini berisiko meningkatkan ketegangan dengan NATO yang mengkritik langkah Rusia tersebut.

Kenaikan harga minyak ini merupakan pemulihan dari penurunan baru-baru ini pekan lalu, namun masih mendekati posisi terendah dalam 15 bulan terakhir karena pasar khawatir perlambatan ekonomi akan mengikis permintaan minyak mentah tahun ini.

Namun, harga minyak telah turun lebih dari 13% sepanjang tahun ini, dengan sebagian besar kerugian terjadi pada Maret dampak jatuhnya beberapa bank AS dan Eropa dan menimbulkan kekhawatiran atas perlambatan ekonomi tahun ini.

Analis ING mencatat bahwa spekulan telah memotong posisi beli minyak secara tajam selama dua minggu terakhir, dengan posisi keseluruhan menjadi lebih netral hingga Maret.

“Ini membuat spekulan memiliki sedikit ruang untuk mendorong harga minyak lebih tinggi. Kita perlu melihat perubahan sentimen dan meredanya kekhawatiran atas perkembangan terkini di sektor perbankan,” kata analis ING dikutip Investing.com, Senin (27/3).

Di samping itu, terkait krisis perbankan, pejabat AS dan Eropa memperingatkan selama akhir pekan bahwa sektor perbankan sedang diawasi secara ketat karena potensi krisis kredit.

Pasar tengah mengkhawatirkan keruntuhan bank Eropa setelah Credit Suisse akhirnya diambil alih oleh UBS dalam kesepakatan darurat yang ditengahi oleh regulator.

Sumber kekhawatiran pasar terbaru datang dari Deutsche Bank, yang sahamnya anjlok lebih dari 8% pada minggu lalu setelah lonjakan CDS mendekati level tertinggi selama lima tahun.

Presiden bank sentral The Fed Minneapolis Neel Kashkari juga mengatakan bahwa masih terlalu dini untuk mengukur seperti apa dampak krisis perbankan terhadap perekonomian, dan bagaimana hal itu dapat memengaruhi keputusan suku bunga.

Namun, mengutip Investing.com, wakil presiden Bank Sentral Eropa (ECB), Luis de Guindos memperingatkan bahwa krisis perbankan kemungkinan akan mengakibatkan pertumbuhan dan inflasi yang lebih rendah. ECB sejauh ini menyatakan akan terus mengetatkan kebijakan moneter. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement