IDXChannel - Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,11 persen pada kuartal-I 2024 dibandingkan periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy).
Angka ini juga di atas konsensus Bloomberg yang berada di angka 5,09 persen yoy.
"Ini merupakan pertumbuhan kuartal I tertinggi sepanjang periode 2019 sampai 2024. Namun bila dibandingkan kuartal IV-2023 (QtoQ), ekonomi Indonesia kuartal I-2024 terkontraksi sebesar 0,83 persen,” kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam Rilis BPS, Jakarta, Senin (6/5/2024).
Namun, tren pertumbuhan tak bergeser dari 5 persen dalam sepuluh tahun terakhir. (Lihat grafik di bawah ini.)

Dalam rilis terbaru, BPS juga menegaskan tak bisa memastikan kapan pertumbuhan ekonomi RI bisa tembus 6 persen.
Jelang berakhirnya masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), pergerakan ekonomi hanya tumbuh di level 5,11 persen.
Di era pemerintahan Jokowi periode kedua hingga menjelang akhir kepemimpinannya, pertumbuhan ekonomi rata-rata berada di kisaran 3,5 persen. Kondisi tidak normal sempat terjadi pada 2020-2021, saat Indonesia dilanda pandemi Covid-19.
Amalia yang juga merupakan Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional /Bappenas menyatakan pada pertengahan tahun lalu syarat utama Indonesia menjadi negara maju ialah harus memiliki pertumbuhan ekonomi kisaran 6 persen hingga 7 persen per tahun.
Amalia menilai Indonesia harus mengerek pertumbuhan ekonominya untuk dapat keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah (middle income trap).
"Pertumbuhan 5 persen ke depan tidak bisa membawa Indonesia keluar dari middle income trap. Kita harus tumbuh 6 persen - 7 persen supaya keluar dari middle income trap sebelum 2045," katanya dalam Konsultasi Penyusunan Publik RPJPN 2025-2045 (19/5/2023).
Dalam paparan terbaru BPS, Amalia juga mengatakan, pertumbuhan ekonomi masih bisa dicapai dengan modal bonus demografi.
"Seperti kita ketahui sekarang kita sedang memasuki masa bonus demografi," kata Amalia
Bonus demografi adalah masa saat penduduk usia produktif di Indonesia dengan rentang usia 15-64 tahun lebih besar dibandingkan dengan usia non produktif atau 65 tahun ke atas dengan proporsi lebih dari 60 persen dari total jumlah penduduk.
Menurut Amalia, terkait prediksi pertumbuhan ekonomi ke depan bisa ditanya ke kementerian lain sesuai tugas lembaga tersebut.
"Tugas BPS seperti biasa kami mencatat, menyampaikan angka realisasi, bukan menyampaikan angka perkiraan ke depan," pungkas Amalia.
Mengutip catatan BPS, masih ada 7,2 juta pengangguran Februari 2024. Angka itu turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
"Pada Februari 2024, terdapat 7,2 juta pengaggur setara dengan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,82 persen," ungkap Amalia Adininggar Widyasanti, Plt Kepala BPS, dalam konferensi pers di kantornya, Senin (6/5/2024).
Jebakan kelas menengah alias middle income trap ini menjadi ancaman serius bagi Indonesia saat ini.
Ditambah, ekonomi Indonesia masih ditopang konsumsi rumah tangga yang menyumbang hampir 55 persen terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB).
Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada kuartal-I 2024 mencapai 4,91 persen dan menjadi yang tertinggi sejak kuartal I-2019.
Sebelumnya, hal yang sama terjadi di kuartal II-2023, di mana konsumsi rumah tangga masih menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi di kuartal tersebut mencapai 5,17 persen yoy dan konsumsi rumah tangga menyumbang mayoritas atau 53,31 persen dari total PDB periode tersebut.
Selain itu, realisasi investasi di Indonesia sepanjang 2023 ini mengalami lonjakan 46,5 persen dibanding 2022 (year on year/yoy). Tahun 2023 juga merupakan angka pencapaian rekor realisasi investasi tertinggi dalam enam tahun terakhir.
Pertumbuhan ekonomi memang memerlukan dukungan investasi sebagai salah satu sumber utama ‘bahan bakar’ pertumbuhan ekonomi. Kegiatan penanaman modal menghasilkan investasi yang akan terus menambah stok modal (capital stock).
Namun, meskipun investasi meningkat, tapi tidak dibarengi dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat. (ADF)