“Dulu saya bisa ambil 15 dus, tapi sekarang saya cuma beli 5 dus. Nggak dibatasin kok sama salesnya. Tapi karena masih mahal saya nggak ambil banyak. Karena pembeli tuh tahunya minyak udah murah. Padahal di sales tuh masih mahal. Saya beli 5 dus minyak goreng saja habisnya lama. Bisa seminggu atau dua minggu baru habis terjual,” ungkapnya.
Di sisi lain, kata dia, pembeli hanya tahu harga minyak goreng sudah murah. Padahal realita di lapangan harganya masih mahal.
“Realita di lapangan harganya masih mahal. Makanya saya nggak berani nyetok minyak goreng kemasan,” imbuhnya.
Soal daya beli masyarakat, Tiara bilang, jelang Idulfitri justru menurun. Padahal seharusnya momen ini bisa dijadikan momentum menjualkan minyak goreng ke konsumen.
“Sekarang orang datang, nanya harga minyak goreng, ketika tau harganya mahal, mereka nggak berani beli. Jadi penjualan minyak goreng menurun, pembelinya pergi,” bebernya.