sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Era Suku Bunga Tinggi, Lembaga Ini Ramal Ekonomi Dunia Masih Akan Suram

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
15/09/2022 15:47 WIB
Ekonomi dunia diproyeksi akan mencapai puncak resesi.
Era Suku Bunga Tinggi, Lembaga Ini Ramal Ekonomi Dunia Masih Akan Suram. (Foto: MNC Media)
Era Suku Bunga Tinggi, Lembaga Ini Ramal Ekonomi Dunia Masih Akan Suram. (Foto: MNC Media)

Melonjaknya harga energi dan pangan, tekanan permintaan di beberapa sektor akibat pembukaan kembali (reopening) aktivitas ekonomi pasca-lockdown pandemi, dan terhambatnya pasokan beberapa komoditas masih akan menjadi pendorong inflasi.

Ke depan, ECB akan merevisi secara signifikan tingkat inflasi yang sekarang diperkirakan rata-rata mencapai 8,1 persen pada 2022 dan menjadi 5,5 persen pada 2023, kemudian menurun menjadi 2,3 persen pada 2024.

Di Asia, kondisi ekonomi China masih menjadi penentu dinamika ekonomi global. Negeri Tirai Bambu saat ini terguncang dengan adanya kebijakan lockdown dan menyebabkan beberapa aktivitas ekonomi dan pengeluaran ditunda.

Dalam laporan Oxford, China akan melonggarkan kebijakan secara signifikan dalam menanggapi guncangan ekonomi yang akan melanda dunia.

China, sebagai negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, terpukul parah oleh kebijakan Zero-Covid Policy (kebijakan nol Covid) yang telah memengaruhi bisnis dan konsumen. Produk domestik bruto (PDB) turun 2,6 persen dalam tiga bulan hingga akhir Juni dari kuartal sebelumnya.

Sementara, laju inflasi di negara Tirai Bambu tersebut berada pada level 2,5 persen untuk bulan Juni, turun dari bulan sebelumnya yang mencapai 2,7 persen, berdasarkan data Tradingeconomics.

Di samping itu, kebijakan Zero-Covid Policy yang berimbas pada pengetatan lockdown ini  juga membebani pertumbuhan permintaan minyak global tahun ini. Hal ini disampaikan Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu (14/9/2022).

Mengutip Reuters, China mengatakan akan menerbitkan secara terperinci langkah-langkah kebijakan ekonomi yang diumumkan pada awal September.

Ekonomi China nyaris lolos dari kontraksi pada kuartal Juni karena lockdown yang meluas. Para ekonom memprediksi pemulihan ekonomi akan berpotensi gagal di tengah gejolak virus baru dan sektor properti di negeri Panda yang tertekan. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement