Adapun pendekatan yang dilakukan, di sisi teknis melalui peningkatan produktivitas, ekstensifikasi lahan, pengembangan pola kemitraan petani tebu, maupun perluasan keterlibatan kegiatan riset.
Arief menyebut, kunci utamanya adalah mengedepankan kolaborasi dengan berbagai pihak. Salah satunya, kolaborasi pembenahan industri gula antara RNI, PTPN III dan Perhutani perihal kesiapan tata kelola budidaya tebu melalui sinergi dengan Pupuk Indonesia, Bank BRI, Jasindo, Askrindo dalam program Makmur.
“Target musim tanam 2022, seluas 40.000 Ha disertai peningkatan kuantitas dan perbaikan kualitas bahan baku tebu, serta tujuan pentingnya adalah untuk peningkatan pendapatan dan kesejahteraan Petani,” ujar Arif.
Saat ini Kementerian BUMN terus melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi gula BUMN, diantaranya dengan mendorong pengembangan lahan tebu menjadi 11.000 untuk mendukung swasembada serta revitalisasi dan pendirian pabrik baru. Melalui upaya peningkatan ini, produksi gula BUMN akan meningkat sebesar 371.000 ton di tahun 2022, dan meningkat 1.1 Juta ton di 2024.
Berdasarkan data Kementerian BUMN, dari 2,3 juta ton produksi gula nasional di tahun 2021, Pabrik Gula (PG) BUMN yang dikelola oleh RNI dan PTPN Holding Perkebunan berkontribusi sekitar 1 juta ton atau 46% dari total produksi nasional. PTPN dan RNI sendiri memiliki total 40 PG operasional dengan kapasitas 146.000 Ton Cane per Day (TCD) dan total lahan 197.000 Ha.
Saat ini, pemerintah resmi membuka Konferensi industri gula terbesar di Indonesia, National Sugar Summit (NSS) 2021. (RAMA)