Bahkan, dua tahun terakhir dividen yang dikontribusikan BUMN mengalami kenaikan signifikan. Erick mencatat, nilai dari sebagian laba bersih yang disetor perusahaan kepada negara di 2023 menyentuh Rp81 triliun, naik menjadi Rp85 triliun di 2024.
Meski harus meracik strategi agar proyeksi dividen 2025 bisa direalisasikan, Erick tak menampik target tersebut membuat banyak BUMN yang keberatan.
Menurut dia, kontribusi perusahaan terhadap fiskal negara tidak semata-mata bergantung pada dividen atau separuh dari laba bersihnya saja.
"Kalau kita lihat, dari banyak BUMN yang merugi sekarang tinggal tujuh. Secara di-holding-kan itu ada tujuh. Artinya kalau 47 BUMN, kurang lebih ini 15 persen ya, jadi sudah menuju arah yang baik," tuturnya.
(Febrina Ratna)