Keputusan Uni Eropa mengenakan tarif kendaraan listrik itu dapat memicu China untuk membatalkan keputusannya, menurut Anthony Brun, presiden Persatuan Produsen Cognac.
“Kami tentu saja khawatir, karena China adalah pasar terbesar kedua kami. Itu mewakili lebih dari sepertiga produk yang diekspor selama lebih dari 250 tahun hingga saat ini. Karena kami berpotensi akan dikenai pajak sekitar 40% nantinya, itu bisa berarti hilangnya pasar ini, karena pesaing kami tidak akan dikenai pajak yang sama,” kata Brun kepada kantor berita Reuters, seraya menambahkan bahwa pemerintah Prancis tampaknya memilih untuk mengorbankan industrinya.
“Karena Prancis merupakan pemimpin dalam kebijakan [tarif important EV], maka China akan menargetkan produk khusus yang berkaitan dengan Prancis,” tambahnya.
Jerman, negara dengan perekonomian terbesar di Uni Eropa, memberi suara menentang terhadap pemberlakuan tarif untuk China. Produsen mobil Jerman juga khawatir atas pembalasan Beijing.
“Industri otomotif Eropa, khususnya Jerman, hidup dari hasil ekspor. Sebanyak 70 persen dari pekerjaan kami bergantung pada itu. Keputusan saat ini dapat berujung pada konflik perdagangan yang baru, pada lingkaran proteksionisme, di mana penerapan tarif akan direspons dengan penerapan tarif lainnya. Dan hal itu merugikan kami,” ujar Hildegard Mueller, presiden Asosiasi Industri Otomotif Jerman, dalam wawancara dengan Reuters.