sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Evergrande Terjerat Kasus Penipuan Rp1.200 Triliun, Salah Satu yang Terbesar di Dunia

Economics editor Wahyu Dwi Anggoro
19/03/2024 13:32 WIB
Evergrande, raksasa properti China, dituduh menggelembungkan pendapatan sebesar CNY564 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun.
Evergrande Terjerat Kasus Penipuan Rp1.200 Triliun, Salah Satu yang Terbesar di Dunia. (Foto: MNC Media)
Evergrande Terjerat Kasus Penipuan Rp1.200 Triliun, Salah Satu yang Terbesar di Dunia. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Evergrande, raksasa properti China, dituduh menggelembungkan pendapatan sebesar CNY564 miliar atau sekitar Rp1.200 triliun selama dua tahun sebelum perusahaan tersebut mengalami gagal bayar utang.

Dilansir dari Bloomberg pada Selasa (19/3/2024), tuduhan tersebut dilayangkan Komisi Regulasi Sekuritas China (CSRC) kepada Evergrande dan pendiri perusahaan Hui Ka Yan. Ini merupakan salah satu kasus penipuan keuangan di dunia dan melebihi skandal Enron di Amerika Serikat (AS).

Menurut pihak berwenang, unit utama Evergrande di China Daratan, Hengda Real Estate Group, menggelembungkan pendapatannya sebesar CNY214 miliar pada 2019 dan CNY350 pada 2020.

CSRC menyalahkan Hui sebagai dalang utama kasus penipuan ini. Dia disebut memerintahkan bawahannya untuk menggelembungkan hasil tahunan Hengda.

CSRC mendenda Hui sebesar CNY47 juta, serta melarang dia seumur hidup melakukan aktivitas pasar modal. Sementara itu, Hengda didenda CNY4,18 miliar yuan. 

Mantan Chief Executive Officer China Evergande Xia Haijun dan Chief Financial Officer Pan Darong termasuk di antara para eksekutif juga menerima hukuman denda dan larangan pasar.

Hukuman CSRC bersifat perdata. CSRC menyatakan Hui dan terdakwa lainnya berhak mengajukan pembelaan sebelum hukuman diterapkan.

Tuduhan ini merupakan pukulan terbaru bagi Hui. Evergrande sempat menjadi salah satu pengembang terbesar di  China sebelum Hui mengambil utang dalam jumlah besar untuk berekspansi ke seluruh negeri seiring dengan melonjaknya penjualan kondominium. Kerajaan bisnis Hui mulai runtuh setelah regulator memberlakukan pembatasan ketat pada pinjaman, sementara perlambatan ekonomi dan pandemi menghambat penjualan.

Hui ditempatkan di bawah pemantauan polisi pada September 2024 dan keberadaanya saat ini tidak diketahui. Meski demikian, sampai saat ini belum ada tuntutan pidana terhadap Hui.

Hui pernah menjadi orang terkaya kedua di Asia, dengan harta mencapai USD42 miliar pada 2017.  Kekayaannya kini anjlok menjadi sekitar USD1 miliar setelah perusahaannya gagal bayar utang pada 2021. Saham Evergrande anjlok dan akhirnya ditangguhkan dari perdagangan. Perusahaan tersebut menerima perintah likuidasi dari pengadilan Hong Kong pada Januari 2023.

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement