IDXChannel—Apa saja faktor penyebab rupiah melemah? Faktor yang berkontribusi pada pelemahan nilai tukar adalah perkembengan dunia selama masa libur lebaran, salah satunya konflik antara Israel dan Iran yang memanas.
"Perkembangan tersebut menyebabkan makin kuatnya sentimen risk off, sehingga mata uang emerging market khususnya Asia mengalami pelemahan terhadap USD," ujar Kepala Departemen Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas Bank Indonesia Edi Susianto.
Selain itu, selama libur lebaran, nilai tukar rupiah juga telah bergerak melampaui Rp16.000 per USD.
"Selama libur Lebaran, Pasar NDF IDR di offshore juga sudah tembus di atas Rp16.000, atau sudah di sekitar Rp16.100, dan terus melemah dalam dua hari terakhir, sehingga rupiah juga dalam dua hari terakhir diperdagangkan di kisaran Rp16.150-Rp16.250,” kata Edi.
Sejalan dengan itu, Ekonom Josua Pardede menyebutkan saat ini dolar AS menguat terhadap mata uang negara-negara lain. Indonesia bukanlah satu-satunya yang mengalami pelemahan nilai tukar. Penguatan dolar AS ini juga diakibatkan oleh sentimen yang berkaitan dengan perkembangan fundamental ekonomi di Amerika Serikat.
Bank Indonesia mencatat inflasi dan penjualan ritel di negara tersebut berada di atas ekspektasi pasar. Josua juga memprediksikan pergerakan rupiah ke depan masih bakal didominasi oleh arah suku bunga AS yang mungkin masih akan dipertahankan.
Sebelumnya, pada akhir Januari Gubernur BI Perry juga pernah mengatakan Federal Open Market Committe (FOMC) tidak buru-buru menurunkan Feds Fund Rate, sebab ekonomi AS masih tumbuh bagus.
Namun demikian, pelemahan rupiah saat ini diyakini bersifat jangka pendek, atau sementara. Pengamat Komoditas dan Mata Uang Lukman Leong mengatakan belum ada sentimen apa pun yang dapat mendukung penguatan rupiah, sebab penguatan dolar saat ini bersifat global.
Ia juga memperkirakan tren pelemahan rupiah ini akan berlangsung hingga beberapa waktu ke depan. Berdasarkan catatan reportase IDXChannel pada Kamis (17/4), ia menyebutkan intervensi dari BI diharapkan dapat diputuskan pada pertemuan bulan ini.
“Usaha yang paling ideal adalah intervensi dan kembali menaikkan suku bunga untuk mencegah depresiasi rupiah lebih dalam,” kata Lukman.
Itulah faktor penyebab rupiah melemah, yakni ketidakpastian situasi geopolitik di timur tengah akibat konflik Israel dan Iran, juga data fundamental perekonomian AS yang masih kuat. (NKK)