sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Fenomena Rojali Muncul, Tanda Kelas Menengah Kian Tertekan?

Economics editor Anggie Ariesta
26/07/2025 16:30 WIB
Fenomena Rojali atau rombongan jarang beli semakin disorot sebagai indikator melemahnya daya beli kelas menengah.
Fenomena Rojali Muncul, Tanda Kelas Menengah Kian Tertekan? (Foto: iNews Media Group)
Fenomena Rojali Muncul, Tanda Kelas Menengah Kian Tertekan? (Foto: iNews Media Group)

IDXChannel - Fenomena Rojali atau rombongan jarang beli semakin disorot sebagai indikator melemahnya daya beli kelas menengah.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira menjelaskan, fenomena sudah terjadi sejak pandemi Covid-19.

"Fenomena Rojali ya, orang-orang yang cuman belanja makanan, nongkrong tanpa menghabiskan uang untuk membeli barang-barang yang ada di pusat perbelanjaan seperti mal. Ini sebenarnya fenomena yang sudah cukup lama ya," ujar Bhima kepada IDX Channel, Sabtu (26/7/2025).

Menurut Bhima, banyak masyarakat kelas menengah yang jumlahnya semakin menurun dan terhimpit oleh berbagai biaya hidup, termasuk inflasi bahan pokok dan perumahan, serta tingginya suku bunga.

Mereka juga kerap terjebak pada cicilan utang, sementara pendapatan yang dapat dibelanjakan (disposable income) cenderung mengalami penurunan.

"Artinya kelas menengah ini ya akhirnya mereka belanja untuk sekadar rekreasi, sekadar untuk refreshing," tutur Bhima.

Dia menjelaskan, pusat perbelanjaan modern yang banyak menyediakan kebutuhan sekunder dan tersier seperti barang-barang mewah kini hanya menjadi tempat masyarakat untuk cuci mata atau sekadar mencari hiburan.

Pasalnya, konsumen lebih fokus pada kebutuhan pokok. Selain tekanan biaya hidup, peran e-commerce juga berpengaruh besar dalam mengubah perilaku belanja konsumen.

"Ada juga sebagian alasan lainnya karena mereka membeli beberapa barang sekunder maupun tersier itu di toko online. Dengan diskon ongkos kirim dan promo-promo yang tidak ditawarkan oleh mal misalnya," katanya.

Lebih lanjut, fenomena Rojali diprediksi berlangsung dalam jangka panjang seiring dengan adanya perang dagang yang dapat memicu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor padat karya.

Faktor lain yang turut berkontribusi adalah efisiensi belanja pemerintah, yang secara tidak langsung ikut mengurangi dompet kelas menengah.

"Sehingga mereka berpikir ulang untuk melakukan belanja barang-barang di luar barang-barang yang esensial," tutur Bhima.

(DESI ANGRIANI)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement