"Artinya kelas menengah ini ya akhirnya mereka belanja untuk sekadar rekreasi, sekadar untuk refreshing," tutur Bhima.
Dia menjelaskan, pusat perbelanjaan modern yang banyak menyediakan kebutuhan sekunder dan tersier seperti barang-barang mewah kini hanya menjadi tempat masyarakat untuk cuci mata atau sekadar mencari hiburan.
Pasalnya, konsumen lebih fokus pada kebutuhan pokok. Selain tekanan biaya hidup, peran e-commerce juga berpengaruh besar dalam mengubah perilaku belanja konsumen.
"Ada juga sebagian alasan lainnya karena mereka membeli beberapa barang sekunder maupun tersier itu di toko online. Dengan diskon ongkos kirim dan promo-promo yang tidak ditawarkan oleh mal misalnya," katanya.
Lebih lanjut, fenomena Rojali diprediksi berlangsung dalam jangka panjang seiring dengan adanya perang dagang yang dapat memicu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sektor padat karya.