sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Gandeng LiveWell, Zurich Indonesia Manfaatkan AI Pantau Kesehatan Mental

Economics editor Dinar Fitra Maghiszha
18/07/2024 18:17 WIB
LiveWell by Zurich dirancang dengan tujuan agar pengguna dapat mengontrol wellbeing mereka sendiri. 
Gandeng LiveWell, Zurich Indonesia Manfaatkan AI Pantau Kesehatan Mental (foto: MNC media)
Gandeng LiveWell, Zurich Indonesia Manfaatkan AI Pantau Kesehatan Mental (foto: MNC media)

IDXChannel - Perusahaan terbuka non-listed, PT  Zurich Asuransi Indonesia Tbk, atau Zurich Indonesia, mengumumkan kerja sama dengan LiveWell by Zurich.

Kerja sama kedua pihak meliputi penerapan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) dalam memahami wellbeing atau kondisi fisik, mental, sosial dan finansial.

Presiden Direktur Zurich Indonesia, Edhi Tjahja Negara, mengatakan bahwa kolaborasi ini bertujuan untuk mendorong gaya hidup sehat dengan memantau dan merayakan pencapaian kesehatan pengguna dalam aplikasi.

"Dengan dukungan AI, aplikasi ini secara bertahap dapat diakses oleh nasabah group health atau asuransi kesehatan (Medicillin) dan seluruh nasabah Zurich Indonesia secara gratis," ujar Edhi, di Jakarta, Kamis (18/7/2024).

Sementara, Chief Executive Officer LiveWell, Stephanie Lloyd, memaparkan bahwa LiveWell by Zurich dirancang dengan tujuan agar pengguna dapat mengontrol wellbeing mereka sendiri. 

"Platform digital ini menawarkan pengalaman program kebugaran yang dipersonalisasi dengan memberikan rekomendasi berdasarkan kebutuhan masing-masing individu," ujar Stephanie, dalam kesempatan yang sama.

Edhi menuturkan aplikasi ini juga dilengkapi dengan kemampuan AI health check seperti real-time vital check (pemeriksaan vital real-time) yang memungkinkan pengguna memantau tanda-tanda vital mereka kapan saja, di mana saja, dan langsung dalam aplikasi.

"Sehingga tidak memerlukan perangkat tambahan. Selain itu, fitur ini juga memanfaatkan kamera ponsel untuk menganalisis tanda-tanda vital, termasuk tingkat stres, variabilitas detak jantung, dan laju pernapasan sehingga memberikan wawasan kesehatan kepada pengguna," ujar Edhi.

Sebagai informasi, World Health Organization (WHO) mengungkap bahwa sekitar 81 persen remaja dan 27,5 persen orang dewasa saat ini belum memenuhi rekomendasi tingkat aktivitas fisik minimal untuk mencapai kesehatan optimal. 
Penelitian lain menunjukkan perubahan pola gaya hidup yang cepat dan peningkatan perilaku sedentary, atau kecenderungan seseorang untuk malas melakukan aktivitas fisik, meningkat hingga 70 persen. 

Kondisi ini, menurut Edhi, telah meningkatkan risiko Penyakit Tidak Menular (PTM) sebanyak 30 persen. Kondisi medis ini termasuk penyakit kardiovaskular, kanker, penyakit pernapasan, dan diabetes.

"Seringkali penyakit ini bersifat kronis dan sebagian besar disebabkan oleh berbagai faktor, seperti pola makan yang tidak sehat dan kurangnya aktivitas fisik,' ujar Edhi. (TSA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement