"Tentu karena memang permintaan sangat tinggi tetapi juga ada strategi-strategi yang dilakukan oleh pemerintah termasuk ketika pemerintah merencanakan program mandatori biodiesel yang sekarang baurannya mencapai 30% itu secara signifikan meningkatkan permintaan minyak sawit di pasar domestik. Itu sangat berpengaruh terhadap posisi harga minyak sawit di pasar dunia," tuturnya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Gapki Togar Sitanggang memprediksi harga CPO hingga akhir tahun 2021 masih akan tetap tinggi. Sementara di tahun 2022, harga CPO akan berkisar antara USD1.000 hingga USD1.250 per ton.
"Harga CPO masih akan tinggi pada kisaran USD1.000 hingga USD1.250 per ton hingga semester I/2022," ujarnya.
Menurut dia, harga yang tinggi tersebut akan memberikan dampak positif terhadap ekspor produk sawit. Namun bagi konsumen dalam negeri, harga CPO yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga minyak goreng.
"Kenaikan harga ini harus memberikan manfaat terutama bagi pendapatan petani kecil dan pendapatan negara dari devisa ekspor," ungkapnya.