"Hanya saja dunia usaha tidak akan baik-baik saja dengan sejumlah gambaran ekonomi yang terlihat pada saat ini," dia menuturkan.
Gunawan menyebut, sejumlah negara besar akan menghadapi resesi di tahun depan. Dalam kondisi itu, tentunya kegiatan ekspor nasional akan bermasalah karena berkurangnya permintaan akibat dampak resesi.
Di sisi lainnya, biaya input produksi perusahaan yang mengalami kenaikan, namun saat ini omzetnya berpeluang turun, ditambah dengan penambahan biaya transportasi akibat harga BBM naik.
"Tekanan pada dunia usaha memburuk, dan di tengah kondisi tersebut, perusahaan tentu kesulitan dalam menaikkan upah. Di sisi lain, buruh akan menuntut penambahan upah. Yang angka idealnya akan berada di besaran inflasi 2022 ini. Setidaknya itu permintaan yang paling logis. Dan kemungkinan buruh menuntut lebih besar dari inflasi juga sangat berpeluang," jelasnya.