Mereka tidak menolak dengan harga kewajaran dari pemerintah tersebut. Hanya saja ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh pemerintah agar mereka bisa tetap bertahan. Karena kondisi saat ini sangat menyulitkan mereka.
Dia menyebut, harga pakan saat ini masih tinggi. Di mana harga jagung saat ini sudah berada di angka Rp 7.200 dan harga pakan awal Rp 9.000. Jika pemerintah menginginkan telur di harga kewajaran seharusnya jagung dijual dari petani Rp.4.200 dan di peternak Rp 5.000 perkilogramnya.
Kemudian harga DOC (bibit) ayam petelur. Seharusnya hanya dijual di harga maksimal Rp 9.000 hingga Rp 11 ribu per ekornya. Namun kenyatannya saat ini sudah dijual di harga Rp.17.000 perekornya. Pemicunya karena peternak harus melalui beberapa tangan untuk mendapatkan DOC.
"Selisih Rp 6 ribu itu bisa kami gunakan pengembangan yang lain. Misalnya saja menambah jumlah ternak yang mereka piara," tambahnya.
Kondisi ini semakin dibebani dengan kenaikan harga BBM yang dilakukan pemerintah. Ia menandaskan jika mereka adalah usaha di bidang peternakan itu adalah usaha di hilir. Sehingga dipastikan kenaikan BBM ini akan membawa dampak.