"Ya memengaruhi penjualan, sudah sepi. Biasa kita habis 5 kwintal, sekarang paling 2 sampai 3 kwintal. Hampir 50 persen penurunannya. Kalau bukan pedagang warteg, nasi padang, tukang nasi goreng, mungkin enggak ada yang belanja ke sini," tuturnya.
Encep berharap, pemerintah mampu mengendalikan harga beras yang saat ini terus meroket. Sebagai pedagang, dia mengatakan, kenaikan harga beras yang terus-terusan sejak beberapa bulan terakhir berdampak pada penghasilan, dan berharap harga beras bisa kembali normal.
"Harapannya mah ya stabil kayak biasa. Biasa kita beli Rp10 ribu per kilo, jual seliterannya Rp9 ribu atau Rp8 ribu pengennya mah. Jadi pelanggan enggak lari. Habis harga di warung juga sudah sama tingginya, jadi banyak orang daripada beli di pasar, belinya di kampung saja enggak biaya ongkos dan lain-lain," imbuhnya.
(FAY)