sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Beras Meroket di Indonesia, Bagaimana dengan Negara Asia Lainnya?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
13/02/2024 16:25 WIB
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir blusukan ke pasar ritel, Senin (12/2/2024). Aksi itu dilakukan di tengah harga beras di pasaran yang naik
Harga Beras Meroket di Indonesia, Bagaimana dengan Negara Asia Lainnya? (Foto: MNC Media)
Harga Beras Meroket di Indonesia, Bagaimana dengan Negara Asia Lainnya? (Foto: MNC Media)

Di Nigeria, harga beras meningkat 61 persen dari bulan September sampai November 2023. Departemen Pertanian AS memperkirakan negara tersebut akan mengimpor 2,1 juta metrik ton beras pada tahun 2024.

Di Filipina, Presiden Ferdinand Marcos Jr. sempat memberlakukan batasan harga pada tanggal 5 September setelah harga beras mencapai titik tertinggi dalam 14 tahun pada bulan September 2023.

Mengutip VOA, Marcos menyalahkan kenaikan harga beras penyelundup, penimbun dan manipulator harga.

Selain itu, Alfie Pulumbarit, koordinator nasional di MASIPAG, jaringan petani, ilmuwan dan organisasi non-pemerintah yang berbasis di Filipina yang bekerja pada pemberdayaan petani, mengatakan kepada VOA Thai bahwa kenaikan harga pangan berdampak signifikan terhadap masyarakat di negara kepulauan tersebut. Banyak keluarga yang kini mengalami kelaparan di kawasan tersebut.

Mengutip informasi resmi, Pulumbarit mengatakan bahwa meskipun seseorang membutuhkan setidaknya 79 peso atau sekitar USD1,50 dolar per hari untuk bertahan hidup di Filipina di tengah harga beras yang mencapai USD1,10 dolar per kilogram di akhir 2023.

“Kontrol ekspor yang terus dilakukan oleh India ditambah dengan para petani yang sudah meninggalkan produksi beras di Filipina dapat menyebabkan krisis pangan dalam skala yang sangat besar,” kata Pulumbarit.

Untuk diketahui, di Indonesia para produsen telah menaikkan harga beli (tebus) sebesar 20-35 persen di atas Harga Eceran Tertinggi (HET) sejak sepekan terakhir, sehingga peritel juga harus menaikkan harga jual.

Para peritel terpaksa menjual komoditas bahan pokok, seperti beras, gula, dan minyak goreng di atas HET serta harga acuan lainnya. 

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) mengaku, hal ini disebabkan karena mendapat harga yang tinggi dari produsen.

"Faktanya saat ini, kami tidak ada pilihan dan harus membeli dengan harga di atas HET dari para produsen atau pemasok beras lokal, bagaimana mungkin kami menjual dengan HET," ujar Ketua Umum Aprindo, Roy N Mandey. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement