Harga tersebut, jelas dia, masih memungkinkan mengalami kenaikan. Biasanya, jelas dia, harga gabah akan mengalami angka tertinggi pada bulan Oktober sampai November.
“Pengalaman tahun-tahun sebelumnya, harga gabah akan melonjak pada bulan 10 dan 11. Biasanya sampai di atas Rp500 ribu. Karena bulan 10-11 itu kan, kalau kata istilah di sini mah, paceklik,” ungkap dia.
“Makanya kalau yang nggak ada kebutuhan mah, banyak yang nyimpen buat dilepas bulan Oktober November itu. Kalau saya mah, karena memang butuh, ya udah, dilepas sekarang aja,” lanjut Iprosin.
Hal senada diungkapkan Saripudin. Petani asal Desa/Kecamatan Jatitujuh itu menjelaskan, rata-rata harga gabah kering di daerahnya di angka Rp450 kwintal. Namun, harga di kisaran itu, mengalami penurunan dibanding harga gabah pada musim panen tahun lalu, di periode yang sama.
“Harga gabah kering untuk saat ini Rp450 ribu per kwintal. Anjlok, karena taun kemaren mencapai Rp600 ribu per kwintal. Tapi biasanya di bulan Oktober sampai Desembar akan naik. Mudah-mudahan ada di angka Rp700 per kwintal. Tahun kemarin mah, puncaknya tetap di angka Rp600 per kwintal,” jelas dia.