sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Anjlok ke USD77 per Barel, Masih Bisa Lebih Murah?

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
27/09/2022 16:30 WIB
Kurs dolar yang tinggi mengurangi permintaan minyak dengan membuat bahan bakar menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.
Harga Minyak Anjlok ke USD77 per Barel, Masih Bisa Lebih Murah? (Foto: MNC Media)
Harga Minyak Anjlok ke USD77 per Barel, Masih Bisa Lebih Murah? (Foto: MNC Media)

Di samping itu, embargo Uni Eropa terhadap minyak mentah dan impor produk Rusia yang mulai berlaku penuh pada Februari 2023. Kondisi ini diperkirakan akan menghasilkan penurunan produksi minyak lebih lanjut. Implikasinya, sekitar 1 juta hingga 1,3 juta barel per hari minyak mentah harus mencari rumah baru.

Waspada Resesi Global

Sementara itu, harga minyak diproyeksi akan tetap melemah imbas kondisi perekonomian global yang kian lesu. Tren kenaikan suku bunga terjadi di beberapa bank sentral setelah Federal Reserve AS menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin pada Rabu (22/9/2022). Langkah hawkish The Fed ini yang meningkatkan risiko perlambatan ekonomi global.

Dalam laporan terbarunya, Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) mengatakan, perang Rusia di Ukraina masih akan memiliki dampak yang lebih besar pada ekonomi global dari yang diperkirakan sebelumnya.

OECD telah memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi global menjadi 2,2 persen pada 2023 dari perkiraan sebelumnya 2,8 persen pada 26 September kemarin.

"Ekonomi dunia membayar harga tinggi untuk perang agresi Rusia yang tidak beralasan, tidak dapat dibenarkan, dan ilegal terhadap Ukraina," kata OECD dalam laporannya.

“Dengan dampak pandemi COVID-19 yang masih ada, perang menyeret pertumbuhan dan memberi tekanan tambahan pada harga, terutama untuk makanan dan energi. PDB global mengalami stagnasi pada kuartal kedua tahun 2022 dan output menurun di ekonomi G20," tambahnya.

Laporan tersebut mengatakan bahwa inflasi yang tinggi bertahan lebih lama dari yang diperkirakan. Di banyak negara, inflasi pada paruh pertama tahun 2022 berada pada level tertinggi sejak tahun 1980-an.

Imbas kenaikan suku bunga ini membuat dolar AS semakin menguat. Dolar AS berada pada penutupan tertinggi terhadap mata uang lainnya sejak Mei 2002. Bukan tidak mungkin jika kurs dolar yang tinggi memangkas proyeksi permintaan minyak dengan membuat bahan bakar menjadi lebih mahal bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement