Sentimen penggerak juga datang dari pembicaraan nuklir Amerika Serikat dengan Iran yang masih belum menemuhi hasil.
Demand dinilai masih tetap tinggi di pasar Asia, kendati China dikabarkan sedang menghadapi lonjakan kasus COVID-19 yang memukul permintaan.
Analis RBC Capital Helima Croft mewaspadai ada kerugian atas ekspor minyak Rusia yang terhenti. Risiko ini kemungkinan akan bertahan lama sampai ada pasokan lain yang mengimbangi kekosongan dari Negeri Beruang Merah.
"Menteri Luar Negeri AS Blinken dilaporkan bersiap untuk mengunjungi UEA dan Arab Saudi akhir bulan ini dan permintaan minyak mungkin akan menjadi agenda utama," kata Helima dalam sebuah catatan. (TIA)