sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Harga Minyak Turun, Perusahaan Minyak Dilema Bayar Dividen Tinggi hingga PHK Karyawan

Economics editor Febrina Ratna Iskana
07/10/2025 15:39 WIB
Harga minyak yang terus turun memaksa perusahaan minyak raksasa mengatur ulang strategi hingga berdampak pada pembayaran dividen kepada pemegang saham.
Harga Minyak Turun, Perusahaan Minyak Dilema Bayar Dividen Tinggi hingga PHK Karyawan. (Foto: Inews Media Group)
Harga Minyak Turun, Perusahaan Minyak Dilema Bayar Dividen Tinggi hingga PHK Karyawan. (Foto: Inews Media Group)

IDXChannel – Harga minyak yang terus turun memaksa perusahaan minyak raksasa mengatur ulang strategi investasi hingga operasi di sisa tahun ini. Hal itu pun bisa berdampak pada pembayaran dividen kepada pemegang saham.

Lima perusahaan minyak besar dunia seperti ExxonMobil, BP, TotalEnergies, Chevron, dan Shell berupaya untuk memangkas biaya, jumlah pekerja, hingga mengurangi pembelian kembali atau buyback saham.

Selain itu, penurunan harga minyak mengancam kelanjutan pembayaran dividen yang tinggi kepada pemegang saham dan meningkatnya utang, kata para analis yang dikutip dari Reuters, Selasa (7/10/2025).

Chevron, ExxonMobil, BP, Shell, dan TotalEnergies telah menjanjikan dividen yang tinggi selama satu dekade terakhir. Hal itu untuk mencegah investor memindahkan dananya dari sektor energi.

Namun, mempertahankan pembayaran dividen yang besar, yang telah mencapai lebih dari USD100 juta per tahun sejak 2022, bakal memperbesar utang perusahaan.

Sebab, banyak dividen yang dibagikan ke pemegang saham didanai oleh utang, terutama setelah harga energi turun dari level tertinggi yang disebabkan oleh sanksi dan gangguan pasokan setelah invasi Rusia ke Ukraina.

Perusahaan minyak raksasa pun terdesak untuk berinvestasi kembali dalam eksplorasi dan produksi. Untuk itu, mereka harus memilih antara memangkas biaya operasional, membiarkan utang naik ke tingkat yang tidak berkelanjutan untuk membayar dividen, atau mengurangi minat pemegang saham terhadap dividen.

Sebagian besar perusahaan minyak besar membutuhkan harga minyak di atas USD80 per barel untuk mempertahankan tingkat dividen dan pembelian kembali saham saat ini, yang mencapai rekor tertinggi didorong oleh laba yang melimpah pada 2022, menurut data dari RBC Capital Markets dan BofA Global Research.

Namun, harga minyak saat ini terus turun. Harga minyak jenis Brent turun di bawah USD65 pada minggu lalu, terendah sejak Juli, di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan.

Citi memperkirakan harga minyak akan turun ke level terendah USD60-an dan Goldman Sachs ke USD50-an tahun depan.

Untuk menghadapi harga yang lebih rendah, TotalEnergies menyatakan bakal mengurangi buyback sahamnya mulai kuartal keempat tahun ini dan memangkas biaya hingga USD7,5 miliar pada akhir 2030 untuk mengurangi utang.

Sementara itu, BP dan Chevron telah mengurangi pembelian kembali saham tahun ini. Shell belum mengumumkan rencana pemotongan apapun terhadap program buyback saham.

Meski begitu, lebih dari selusin perusahaan energi telah mengumumkan pemutusan hubungan kerja yang berlaku pada 2025 dan 2026, termasuk ExxonMobil, Chevron, Shell dan BP.

(Febrina Ratna Iskana)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement