Selain itu, ambisi hilirisasi timah Indonesia akan mendorong pengolahan dalam negeri dengan melarang ekspor timah batangan.
Ke depan, harga diperkirakan akan terus meningkat dalam jangka panjang, didukung oleh permintaan yang kuat.
Ini karena adanya kebutuhan timah di masa depan sebagai bahan baku transisi energi dan teknologi hijau seperti bahan baku panel surya dan kendaraan listrik.
Sebelumnya, lembaga Fitch Solutions sempat memperkrakan harga timah pada 2023 adalah USD20.000 per ton.
Angka ini direvisi turun dari USD30.959/ton pada 2022 karena sejumlah sentimen seperti penguatan dolar AS. Sementara permintaan China menunjukkan pemulihan yang lambat.
Prakiraan Fitch ini mencerminkan permintaan yang akan melemah sepanjang 2023 dan sedikit peningkatan dalam hal pasokan. Namun, pasar menunjukkan arah lain hingga pertengahan 2023.
Produsen utama timah di Indonesia adalah PT Timah Tbk (TINS) dengan produksi timah Indonesia pada 2022 telah mencapai sekitar 70,1 ribu ton. Jumlah ini bahkan berkontribusi sekitar 19% dari total pasokan timah dunia yang diperkirakan mencapai 379.681 ton.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor timah dari Kepulauan Bangka Belitung berdasarkan kode perdagangan HS mencapai USD2,29 miliar sepanjang 2022.
Pemerintah RI menekankan sejumlah strategi dalam mendorong hilirisasi timah. Di antaranya peningkatan penyerapan domestik produk timah dan pengaturan tata niaga, substitusi impor dan pemenuhan kebutuhan bahan baku timah, dan penyesuaian teknologi untuk pengolahan bijih timah tipe primer. (ADF)