“Ini kebetulan kedua negara punya sumber daya alam yang bisa disinergikan,” ujar dia.
Terkait litium, Erick tidak membantah bila bahan baku EV Baterai tersebut ada kemungkinan bisa dipasok dari negara Kangguru.
Dia mengatakan, MoU pembentukan mekanisme bilateral Indonesia dan Australia merupakan kelanjutan dari pertemuan yang diadakan Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan dan Perdana Menteri Australia Anthony Albanese sebelumnya.
Dari pertemuan itu, kedua negara berencana menjajaki kerja sama terkait pengadaan lithium untuk ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia.
“Salah satunya agreement yang tadi bahwa bukan tidak mungkin kita berpartner cari win win solution, kita banyak nikel, banyak litium, kita swap (menukar) kali kan bisa, bisa aja kan,” tutur Erick.
(RNA)