“Kami mencoba untuk secara moderat menerapkan kontrol terhadap ekspor, terutama ekspor bahan baku, dengan harapan dapat mendorong hilirisasi produk mineral tersebut menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi,” paparnya.
Agus menuturkan, melalui kebijakan hilirisasi nikel misalnya, telah berhasil mendorong tumbuhnya smelter berbasis nikel, yang menghasilkan produk NPI/FeNi sehingga meningkatkan kapasitas dalam pengembangan industri stainless steel.
“Enam tahun lalu, ekspor kita dari nikel hanya USD1,1 miliar. Sedangkan, di 2021 sudah mencapai USD20,9 miliar. Lompatan nilai tambahnya hingga 19 kali,” ungkap Agus.
Selain kerja sama energi dan pertambangan, juga disinggung potensi kerja sama halal dan industri otomotif beserta komponennya. Kedua pihak sepakat untuk berbagi pengalaman dan menciptakan peluang kerja sama serta melanjutkan komunikasi secara reguler. Dilakukan juga work with local industry agar tercipta nilai investasi yang seimbang.
Sekadar informasi, Investasi Afrika Selatan di Indonesia selama 2021 sebesar USD1,46 juta dengan total 14 proyek. Sementara itu, total perdagangan nonmigas Indonesia dengan Afrika Selatan pada 2021 mencapai USD2,8 miliar atau meningkat 122% dibandingkan 2020 (USD1,3 miliar). (FHM)