sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Indonesia-Jerman Bahas Percepatan Finalisasi I-EU CEPA, Ini Hasilnya

Economics editor Nia Deviyana
18/09/2025 08:13 WIB
Indonesia dan Jerman diharapkan dapat memaksimalkan manfaat CEPA, terutama dalam hal akses pasar untuk barang dan jasa, serta aliran investasi yang lebih kuat.
Indonesia-Jerman Bahas Percepatan Finalisasi I-EU CEPA, Ini Hasilnya. Foto: Freepik.
Indonesia-Jerman Bahas Percepatan Finalisasi I-EU CEPA, Ini Hasilnya. Foto: Freepik.

IDXChannel - Wakil Menteri Perdagangan Dyah Roro Esti Widya Putri bersama Wakil Menteri Bundesministerium für Wirtschaft und Energie (BMWE), Stefan Rouenhoff, membahas percepatan finalisasi Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (I-EU CEPA) pada pertemuan di Berlin, Selasa (18/9/2025).

I-EU CEPA telah memasuki fase yang menjanjikan, ditandai dengan pertemuan antara Presiden Prabowo dan Presiden Komisi Eropa pada 13 Juli 2025 di Brussel yang menyepakati percepatan penandatanganan perjanjian tersebut.

"Indonesia dan Jerman telah menjalin hubungan bilateral yang baik selama ini, tidak terkecuali di perdagangan. Oleh karena itu, kami menyambut baik respons Jerman dalam mendukung finalisasi I-EU CEPA. Kami berharap hal ini secara efektif dapat mendorong peningkatan hubungan dagang yang saling menguntungkan bagi kedua negara," ujar Roro dalam keterangan tertulis, Kamis (18/9/2025).

Roro menambahkan diperlukan pendekatan kolaboratif dalam implementasi I-EU CEPA. Indonesia dan Jerman diharapkan dapat memaksimalkan manfaat CEPA, terutama dalam hal akses pasar untuk barang dan jasa, serta aliran investasi yang lebih kuat dari Jerman. 

"Selain itu, kerja sama diarahkan pula bagi produk pertanian, kehutanan, dan perikanan berkelanjutan," kata Roro.

Menanggapi hal tersebut, Stefan Rouenhoff menyatakan kesepahamannya serta mempertegas komitmen Jerman untuk meningkatkan hubungan bilateral dengan berbagai negara, termasuk Indonesia, sebagai mitra dagang yang dinilai sangat penting di Asia Tenggara. 

Pihak Jerman juga mengungkapkan rencana untuk datang ke Indonesia tahun depan. Jika perjanjian I-EU CEPA sudah ditandatangani, maka pertemuan tersebut menjadi momentum yang tepat untuk membahas berbagai upaya peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan kedua negara.

Stefan berharap perdagangan jasa dapat ditingkatkan mengingat kondisi Jerman yang memasuki aging population dan membutuhkan cukup banyak tenaga kerja, terutama di sektor hospitalitas, konstruksi, teknologi informasi, dan kesehatan.

Lebih lanjut, Roro menyoroti pentingnya Joint Economic and Investment Committee (JEIC) sebagai forum utama untuk dialog dan kolaborasi. 

"Inisiatif yang diusulkan mencakup serangkaian pelatihan komprehensif yang disesuaikan dengan berbagai tingkat keahlian. Hal ini dapat diimplementasikan melalui berbagai format, termasuk seminar/pelatihan, magang, hingga program beasiswa. Diharapkan hal ini dapat meningkatkan konektivitas antarmasyarakat dan tentu saja hubungan bilateral antara Indonesia dan Jerman," ucap dia.

Isu lain yang dibahas pada pertemuan ini yaitu terkait perdagangan global yang tengah berkembang, seperti kebijakan tarif Amerika Serikat dan dinamika peran WTO. Adapun bahasan yang juga mencuat yaitu dorongan Jerman untuk aksesi Indonesia di OECD.

Terkait hal tersebut, Roro menjelaskan bahwa Indonesia berencana menyelesaikan proses ini pada 2027. Indonesia telah menyerahkan Initial Memorandum (IM), termasuk 12 IM di bawah Komite Perdagangan, kepada OECD pada Pertemuan Dewan Menteri yang diadakan pada 3–4 Juni 2025 di Paris, Prancis. Indonesia berencana memulai fase tinjauan teknis pada awal 2026.

"Dukungan negara-negara anggota OECD, termasuk Jerman, sangat diharapkan dalam proses aksesi ini. Kami menantikan keterlibatan konstruktif Jerman, terutama dalam bentuk bantuan teknis untuk tinjauan mendatang serta bimbingan ahli sepanjang proses aksesi, dengan mengakui peran penting Jerman dalam pengembangan instrumen hukum OECD," kata dia.

Roro optimistis pertemuan ini mampu mengakselerasi realisasi berbagai inisiatif kerja sama yang telah dijajaki sebelumnya. Hal tersebut sekaligus membuka ruang bagi negosiasi kesepakatan perdagangan yang lebih komprehensif di masa mendatang, salah satunya untuk menyikapi defisit perdagangan dengan Jerman 2020–2024. 

Defisit tersebut disebabkan oleh ketergantungan pada impor produk teknologi canggih (mesin industri, kendaraan, bahan presisi, dan peralatan medis).

"Untuk mengatasi hal tersebut, Indonesia menekankan minat pada manufaktur canggih yang meliputi kolaborasi dalam otomatisasi, mesin presisi tinggi, dan peralatan medis melalui produksi bersama, pelatihan teknis, serta fasilitas perakitan lokal di Indonesia," kata Roro.

(NIA DEVIYANA)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement