sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Indonesia Masih Tahan Banting Hadapi Tekanan Resesi Global

Economics editor Tim IDXChannel
05/08/2022 10:30 WIB
Pemulihan ekonomi memberi tantangan baru bagi banyak negara, termasuk Indonesia.
MNC Forum LXV (65th) yang mengangkat tema 'Indonesia Economic Outlook 2022-2023 & Corporate Business Update'. Foto: MNC Media
MNC Forum LXV (65th) yang mengangkat tema 'Indonesia Economic Outlook 2022-2023 & Corporate Business Update'. Foto: MNC Media

IDXChannel -  Indonesia diyakini mampu bertahan di tengah tekanan resesi global. Sejumlah indikator ekonomi menunjukkan tren positif dengan berbagai kebijakan penting yang diambil pemerintah.  

Hal tersebut diungkapkan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara pada MNC Forum LXV (65th) yang mengangkat tema 'Indonesia Economic Outlook 2022-2023 & Corporate Business Update' yang diselenggrakan secara virtual, Kamis (4/8/2022).  MNC Forum juga menghadirkan Executive Chairman MNC Group Hary Tanoesoedibjo bersama dan Head of Macro Economic & Financial Policies at Prospera Anton Hermanto Gunawan sebagai narasumber. 

"Manager Forum ke-65 dihadiri lebih dari 1.100 manager dan up MNC. Pembicara, termasuk Wakil Menteri Keuangan Bapak Suahasil Nazara hadir dengan topik  Outlook Masa Depan Ekonomi Indonesia. Terima kasih Pak Suahasil untuk insights-nya," ujar Hary, Jumat (05/08/2022). 

Menurut Wamenkeu, pemulihan ekonomi memberi tantangan baru bagi banyak negara, termasuk Indonesia. Jika setahun lalu negara-negara masih menghadapi risiko akibat pandemi, sekarang bergeser menjadi risiko tekanan ekonomi global karena ada tekanan inflasi akibat banyak faktor, seperti kurangnya suplai dan perang.

"Ini double pressure sehingga banyak negara mengambil sikap dengan menaikkan suku bunga. Tapi ketika kebijakan moneter ketat, maka akan terjadi turbulensi. Ekonomi negara yang tidak mampu akan goyah. Apalagi kalau tekanan inflasi global berkepanjangan sehingga ekonomi melemah. Saat ini ekonomi AS tumbuh negatif, Tiongkok sudah 0,4%, padahal selama ini double digit," ungkap Suahasil pada MNC Forum LXV.

Situasi yang saat ini terjadi menyebabkan harga komoditas naik atau turun secara cepat, seperti harga gas, batu bara, minyak dunia, CPO, gandum, kedelai, dan lainnya. Belum lagi tekanan inflasi di AS akan memaksa The Fed menaikkan suku bunga dan menimbulkan turbulensi. 

"Fenomena ini yang harus disikapi tak hanya oleh pemerintah, tapi juga dunia usaha. Indonesia beruntung ada tren peningkatan beberapa variabel ekonomi sejak bulan lalu sehingga pemulihan ekonomi terus berlangsung. PMI kita di atas 50 artinya terus bertumbuh. Tapi tetap harus waspada," imbuh dia.

Bank Indonesia juga saat ini masih mempertahankan suku bunga dengan harapan mendukung pemulihan ekonomi. Seperti diketahui kenaikan suku bunga akan memengaruhi capital flow.  

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement