sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Inflasi hingga Stabilitas Pasar, Jalan Terjal Transisi Pemerintahan Pasca Pemilu 2024

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
15/02/2024 18:30 WIB
Indonesia telah melewati pesta demokrasi lima tahunan di hari pencoblosan pemilihan umum (Pemilu) 2024 yang digelar pada Rabu (14/2/2024).
Inflasi hingga Stabilitas Pasar, Jalan Terjal Transisi Pemerintahan Pasca Pemilu 2024. (Foto: MNC Media)
Inflasi hingga Stabilitas Pasar, Jalan Terjal Transisi Pemerintahan Pasca Pemilu 2024. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Indonesia telah melewati pesta demokrasi lima tahunan di hari pencoblosan pemilihan umum (Pemilu) 2024 yang digelar pada Rabu (14/2/2024). 

Sebanyak tiga kandidat pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden maju dalam gelaran pemilihan presiden (Pilpres) 2024, yakni Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.

Dalam hasil hitung cepat (quick count) sementara, pasangan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul lebih dari 50 persen di berbagai lembaga survei. 

Hasil quick count Litbang Kompas pasangan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka unggul 58,73 persen per pukul 21.21 WIB. Sementara itu, pasangan nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar mendapat 25,10 persen. Kemudian pasangan nomor urut 3 Ganjar Pranowo-Mahfud MD mendapatkan 16,17 persen.

Sementara hasil quick count lembaga survei Poltracking per pukul 10.06 WIB menyatakan pasangan 02 unggul 59,34 persen, dan diikuti pasangan 01 dengan perolehan 24,37 persen dan 16,29 persen untuk pasangan 03.

Hasil quick count lembaga Charta Politika menyatakan Prabowo-Gibran unggul 57,79 persen, dan pasangan Anies-Muhaimin memperoleh 25,7 persen. Sementara pasangan Ganjar-Mahfud memperoleh 16,50 persen.

Keunggulan pasangan 02 di prosesi quick count ini disambut beragam oleh berbagai kalangan. Meski demikian, PR pemerintah yang baru dalam menyelesaikan segala persoalan Indonesia belum selesai. Transisi pemerintahan yang baru masih perlu diuji. Lantas, bagaimana implikasi transisi pemerintahan bagi pasar dan ekonomi nasional?

Dampak Pilpres 2024 ke Pasar

Pasca pemungutan suarat 14 Februari, tepatnya pada Kamis (15/2/2024), pasar langsung bereaksi positif terhadap jalannya pemilu yang dinilai berjalan lancar dan stabil. Kondisi ini tercermin kinerja rupiah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang langsung menguat.

  1. Kinerja Rupiah

Nilai tukar rupiah mengalami penguatan 0,58 persen terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan terakhir di tengah gelaran pesta demokrasi lima tahunan ini. Menurut data Trading View, Kamis (15/2/2024), rupiah berada di kisaran Rp15.595 per USD, dari sebelumnya di level Rp15.589 per USD.

Sebelumnya, rupiah pada perdagangan awal pekan, Senin (12/2) sempat melemah di level Rp15.635. Meski demikian, rupiah kini stabil di kisaran Rp15.500 an.

Di era reformasi, Indonesia telah menyelenggarakan tiga kali Pemilihan Umum Presiden (Pilpres). Pilpres digelar pada 2004, 2009, dan 2014 dengan kinerja nilai tukar rupiah yang cukup beragam.

Sepanjang 2009, rupiah menguat 13,2 persen, sedangkan sepanjang 2004 dan 2014 rupiah melemah masing-masing 10,2 persen dan 1,8 persen terhadap dolar AS. Secara year on year (yoy), rupiah sudah terdepresiasi 2,64 persen sepanjang 2023 menurut data Trading View.

Memasuki 2024, rupiah sempat mengalami pelemahan terhadap dolar AS. Pelemahan mata uang Garuda di awal tahun lebih didorong karena mundurnya ekspektasi pasar terkait pemangkasan suku bunga bank sentral AS.

Jelang akhir Januari, (24/1/2024), rupiah tertekan 0,56 persen di level Rp15.711 per USD. Dalam sebulan hingg 13 Februari 2024, rupiah telah melemah 0,23 persen terhadap dolar AS, menurut data Trading View.

Seminggu jelang pemilu, investor di pasar keuangan nampaknya masih bersikap wait and see di pekan menjelang gelaran pemilu.

Kala itu, rupiah masih menghadapi tekanan pekan ini, meski stabil di kisaran Rp15.600 per USD. Pada perdagangan Rabu (7/2/2024), kinerja rupiah menguat 0,25 persen di level Rp15.685 per USD pada pukul 11.53 WIB.

Jika melihat tren di pemilu 2014, nilai tukar rupiah atas dolar AS kembali bergerak menguat pada 8 Juli 2014. Sementara pilpres di adakan pada 9 Juli 2014.

Data Bloomberg Dollar Index kala itu menunjukkan rupiah bertengger di Rp11.708 atau menguat 0,04 persen. Sehari sebelumnya, (7/7/2014) rupiah bertengger di Rp11.713 (menguat 1,35 persen).

Dua hari pasca pilpres, tepatnya Kamis (10/7/2014), rupiah melanjutkan penguatan yang terjadi sejak akhir pekan sebelumnya. Berdasarkan data Bank Indonesia, kurs tengah rupiah bertengger di level Rp11.549 per dolar AS. (Lihat tabel di bawah ini.)

Saat itu penguatan rupiah juga didukung optimisme pelaku pasar yang merasa pilpres dapat berjalan dengan aman, damai, lancar, dan terkendali.

Tren yang sama terjadi pada pilpres 2019. BI mencatat pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami penguatan secara point to point sebesar 1,17 persen hingga 23 April 2019. Sementara kala itu pilpres digelar pada 17 April 2019.

Halaman : 1 2 3 4
Advertisement
Advertisement