- Beban Program Pemerintahan Baru terhadap APBN
Di samping itu, salah satu inisiatif baru yang didorong oleh Prabowo adalah program makan siang gratis yang ditujukan kepada sekolah/institusi (tidak termasuk universitas) dan ibu hamil. Berdasarkan presentasi mereka, program ini bertujuan untuk menjangkau 83 juta orang alias 30 persen dari total populasi.
“Ini bersifat inflasi. Dengan asumsi setiap individu menerima Rp100 ribu/orang/hari = Rp2 juta/orang/bulan, total biaya program/tahun (dengan asumsi kelebihan anggaran 10 persen) = Rp2.198 triliun,” berikut perhitungan Algo Research.
Sebagai konteks, pendapatan yang diharapkan pemerintah dari pajak dan non-pajak pada tahun 2024 sebesar Rp2.780 tirliun sehingga program ini akan menghabiskan sekitar 79 persen dari total pendapatan pemerintah.
Prabowo dan tim juga menyebutkan bahwa mereka dapat menggunakan alokasi anggaran prioritas untuk membiayai program ini.
Namun total 5 sektor prioritas teratas hanya berjumlah Rp1.869 triliun, sehingga biaya program ini 17 persen lebih tinggi dibandingkan gabungan kelima sektor tersebut atau 51 persen lebih tinggi, bahkan tidak termasuk anggaran infrastruktur.
“Jika program ini terealisasi, cara membiayainya adalah dengan menerbitkan lebih banyak obligasi (yield lebih tinggi) dan menaikkan pajak yang akan berdampak pada konsumsi kelas menengah. Pemerintah juga perlu meningkatkan pagu defisit (dari 3 persen menjadi 6 persen) agar mempunyai ruang untuk belanja,”tulis riset Algo.
Jika ditengok, menurut data Kementerian Keuangan, ada 7 belanja prioritas negara dalam APBN 2024, di antaranya pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, infrastruktur, ketahanan pangan, hukum dan hankam, hingga subsidi. Anggaran pendidikan menduduki pos terbesar mencapai Rp665 triliun. Jika digabungkan, total anggaran yang digelontorkan mencapai Rp2.504,9 triliun. (Lihat grafik di bawah ini.)
“Selanjutnya, karena program makan siang gratis tidak produktif dan menciptakan tambahan permintaan pangan dengan dampak “pro-pertumbuhan” yang minimal terhadap konsumsi/pendapatan pasar massal, hal ini dapat menyebabkan pengetatan pasokan pangan yang menyebabkan inflasi. Semua hal ini juga akan memberikan tekanan pada mata uang rupiah,” imbuh riset Algo.
Informasi saja, Riset Algo Research terbaru merilis survei sentimen pasar terkait pemilu yang melibatkan 515 responden yang sebagian besar adalah investor ritel IHSG.
Meskipun demikian, Algo menekankan karena Prabowo menawarkan kesinambungan kebijakan-kebijakan Jokowi (IKN, hilirisasi), pasar harus menunggu bagaimana kebijakan-kebijakan ini akan tercermin dalam hasil aktual. Misalnya jika melihat pertumbuhan PDB atau EPS, sebelum berasumsi bahwa IHSG akan menguat.
Temuan menarik lainnya, jika pemilu dilanjutkan ke 2 putaran, sebagian besar investor yakni 63-64 persen memperkirakan akan ada sentimen negatif dan tidak ingin Anies lolos, terlepas kandidat lainnya adalah Prabowo atau Ganjar.
Hal ini menunjukkan bahwa investor lebih khawatir terhadap dampak negatif kebijakan Anies dibandingkan kekhawatiran positif terhadap kelanjutan kebijakan baik yang dilakukan oleh Prabowo maupun Ganjar. (ADF)