IDXChannel - Inflasi konsumen di China mengalami akselerasi pada Januari 2025, pertama kalinya sejak Agustus 2024.
Dilansir dari Bloomberg pada Minggu (9/2/2025), akselerasi tersebut disebabkan lonjakan belanja rumah tangga saat liburan Tahun Baru Imlek.
Indeks harga konsumen naik 0,5 persen pada Januari 2025 dibandingkan dengan periode serupa setahun sebelumnya. Perkiraan para ekonom yang disurvei Bloomberg adalah 0,4 persen.
Pada Desember 2024, indek harga konsumen hanya naik 0,1 persen, hampir stagnan di tengah tekanan deflasi.
Lonjakan belanja selama liburan delapan hari di China mengimbangi tekanan deflasi yang terus dialami negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia itu.
Harga jasa naik 0,9 persen, mencakup lebih dari 50 persen dari total peningkatan indeks harga konsumen.
Kesehatan ekonomi dalam negeri semakin menjadi fokus China di tengah ancaman perang dagang yang lebih luas dengan Amerika Serikat (AS). Peningkatan permintaan domestik sangat dibutuhkan untuk membantu mengimbangi dampak tarif dagang yang lebih tinggi.
Presiden China Xi Jinping merencanakan lebih banyak pengeluaran pemerintah dan pemotongan suku bunga. Dengan kekayaan rumah tangga yang tertekan akibat kemerosotan properti selama bertahun-tahun, Beijing menyatakan peningkatan konsumsi menjadi prioritas utama untuk upaya ekonomi tahun ini.
Tekanan deflasi yang terus berlanjut di China sangat kontras dengan negara besar lainnya. Beijing khawatir siklus penurunan harga yang berkepanjangan akan menahan pengeluaran rumah tangga lebih lama dan merusak pendapatan perusahaan, sehingga menghambat investasi dan menyebabkan pemotongan gaji dan PHK lebih lanjut. (Wahyu Dwi Anggoro)