"Sementara dampak harga energi akan mencapai puncaknya pada Juli atau Agustus, langkah untuk membebankan biaya bahan baku kepada konsumen jelas meningkat," kata kepala ekonom di Itochu Research Institute, Atsushi Takeda.
Atsushi menilai Bank of Japan (BOJ) mungkin tidak langsung menunjukkan kebijakannya, tetapi mereka akan segera melihat bahwa kondisi saat ini bukan hanya dorongan energi sementara.
Para ekonom pun banyak merevisi perkiraan inflasi mereka, seperti Citigroup dan SMBC Nikko yang memperkirakan indeks harga konsumen dapat naik hingga 3% atau bahkan lebih di tahun 2022 ini. Faktor tambahan lainnya yang berpotensi mendorong inflasi ialah dampak biaya seluler yang lebih murah di bulan Agustus dan Oktober.
Meski begitu, Citigroup sendiri menilai bahwa inflasi yang tinggi saat ini tidak cukup mendorong BOJ untuk segera membuat perubahan kebijakan.
Tetapi para ekonom memperkirakan pertumbuhan harga, yang terpisah dari dampak energi dan makanan segar, masih berada di angka 1,1% pada Juli, memberikan kepercayaan pada argumen bank sentral bahwa sebagian besar kenaikan masih didorong oleh energi.