sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Inflasi Turki Melambung hingga 36 Persen, Bagaimana Dampaknya ke Indonesia?

Economics editor Michelle Natalia
04/01/2022 14:25 WIB
Direktur CELIOS sekaligus ekonom Bhima Yudhistira memberikan tanggapannya terkait kasus inflasi di Turki yang mencapai 36%.
Direktur CELIOS sekaligus ekonom Bhima Yudhistira memberikan tanggapannya terkait kasus inflasi di Turki yang mencapai 36%.  (Foto: MNC Media)
Direktur CELIOS sekaligus ekonom Bhima Yudhistira memberikan tanggapannya terkait kasus inflasi di Turki yang mencapai 36%. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Direktur CELIOS sekaligus ekonom Bhima Yudhistira memberikan tanggapannya terkait kasus inflasi di Turki yang mencapai 36%. 

"Sebagai sesama negara berkembang dan negara yang pernah dijuluki The Fragile Five pada 2013 lalu, tentu Indonesia perlu mewaspadai tekanan inflasi dan pelemahan nilai tukar yang terjadi di Turki. Sebenarnya apa yang terjadi di Turki efek dari tapering off juga yang dilakukan bank sentral negara maju," ungkap Bhima ketika dihubungi MNC Portal Indonesia di Jakarta, Selasa(4/1/2022).

Sama seperti tahun 2013, negara yang disebut The Fragile Five adalah negara yang rentan terimbas kebijakan moneter negara maju. Tekanan modal asing yang keluar bisa membuat imported inflation atau naiknya harga barang impor di negara berkembang. 

"Situasi saat ini ketidakpastian masih cukup tinggi. Beruntungnya Indonesia masih menikmati booming komoditas sehingga devisa ekspornya bisa menjaga rupiah tetap stabil. Tapi dengan pelarangan ekspor batubara, dan berbagai kebijakan untuk mengamankan pasokan didalam negeri, efek ke kehilangan devisa juga besar," terangnya.

Selain itu, sambung Bhima, saat ini sudah dirasakan kenaikan harga kebutuhan pokok seperti minyak goreng, telur, dan cabai di berbagai daerah ditambah dengan naiknya harga tarif energi seperti LPG non subsidi. 

"Jika tidak hati-hati, maka tekanan inflasi dari sisi cost push bisa meningkat jauh melebih tahun 2021. Sebelum ekonomi full dibuka saja, inflasi bulan Desember 2021 sudah 0,57% secara bulanan," ucapnya.

Dia mengatakan, ketika ekonomi mulai dilonggarkan maka sisi permintaan juga akan mendorong kenaikan harga, bersamaan dengan sisi penawaran. 

"Repot juga kalau inflasi tinggi, masyarakat belum tentu siap karena pendapatan naiknya masih belum merata," pungkas Bhima. (TIA)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement