"Bisa digunakan di daerah mana pun, terutama di daerah terbuka, seperti di pegunungan atau pantai, keluarnya akan lebih stabil. Kalau dipasang di Polinema hanya 1 - 2 meter per second (detik), itu pun sudah bisa menghasilkan (listrik), tetapi output yang maksimal kalau speed angin 3 - 4 meter per sekon, itu bisa," terang dia.
Dari sumber angin tersebut, pembangkit listrik tenaga angin ini mampu menghasilkan tenaga listrik 100 - 150 watt untuk satu instalasi PLTB. Tenaga listrik yang dihasilkan sudah mampu menerangi gasebo di bawahnya dan mencukupi kebutuhan listrik seluruh gasebo dan area sekitarnya.
Di sisi lain Irwan Heriyanto, anggota tim riset tenaga listrik mengungkapkan, selain dimanfaatkan oleh kampus, pembangkit listrik tenaga angin dan matahari, atau tenaga listrik hybrid ini juga telah dipasang di beberapa lokasi lain seperti tempat-tempat wisata Coban Talun, Coban Tarzan, Coban Jahe, dan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (Ballitas) Kementerian Pertanian di Karangploso, Kabupaten Malang.
Harapannya dengan pemasangan instalasi listrik bertenaga angin bisa meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar tempat - tempat wisata yang sulit dijangkau oleh aliran listrik PLN.
"Maksimumnya hanya 900 watt per harinya, kalau dikalikan 30 hari satu bulan, kita sudah mendapat 24 kWh. Dan itu sangat cukup kalau untuk daerah terpencil, daerah yang remote, yang susah aliran listrik PLN. Di wisata hutan itu jarang teraliri listrik oleh PLN, inovasi kami dari Polinema ini untuk mengembangkan wisata di daerah-daerah, sehingga kalau di situ ada listrik, pengunjung akan tertarik untuk sekedar nge-charge handphone," jelas Irwan.
Menariknya peralatan pembangkit listrik tenaga angin dan surya ini dikembangkan perawatan dengan metode IoT yang bisa dipantau dari jarak jauh. Pasalnya dikatakan Sapto Wibowo, medan yang sulit menuju lokasi menjadikan pemantauan peralatan cukup dikontrol melalui sistem smartphone android jarak jauh.
"Dengan teknologi IoT proses maintenance, proses pengecekan, bisa dilakukan secara remote atau jarak jauh, kalau memang dari data di Android menunjukkan satu ketidakberesan maka kita mengirimkan tim ke sana. Itu akan sangat menghemat waktu, daripada periodik kita ke sana, tapi nggak ada apa-apa," tutur Sapto.
(FRI)