Di sisi lain, Upah Minimum Kabupaten/kota (UMK) 2025 makin kompetitif dengan ketersedian kawasan industri seperti KEK Kendal seluas 1.000 hektare, KEK Industropolis Batang 4.300 hektare, Kawasan Industri Wijayakusuma (Semarang) 250 hektare, Batang Industrial Park 287 hektare, Jatengland Industrial Park Sayung (Demak) 300 hektare.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Tengah, Rahmat Dwisaputra mengatakan, investasi menjadi salah satu pilar utama dalam mendorong ekonomi Jawa Tengah. Tercermin dari perekonomian Jawa Tengah tumbuh sebesar 4,95 persen pada 2024.
Dari pertumbuhan ekonomi tersebut, investasi menjadi kontributor utama dengan pangsa pasar produk domestik regional bruto sebesar 30,53 persen dan mencatatkan pertumbuhan 6,55 persen.
Adapun, CJIBF dan UMKM Gayeng 2025 menekankan ekonomi hijau dan energi terbarukan. Hal itu sejalan dengan produk domestik regional bruto di Jateng yang disumbang industri manufaktur sebesar 46 persen dengan dominasi makanan dan minuman yang berkaitan erat dengan sektor pertanian.
CJIBF dan UMKM Gayeng pun mencatatkan letter of intens sebesar Rp13,32 triliun dan transaksi perdagangan mencapai Rp12 miliar.
“Proyek-proyek unggulan seperti energi terbarukan, pertanian dan industri makanan minuman dapat menjadi motor pertumbuhan jangka panjang yang inklusif. Melalui forum ini, Provinsi Jawa Tengah menunjukkan komitmen untuk menciptakan ekosistem investasi yang hijau, berdaya saing, dan berorientasi masa depan,” jelas Rahmat.
Diketahui, pada kegiatan CJIBF dan UMKM Gayeng 2025 itu hadir perwakilan dari sejumlah negara Asia, Australia hingga Eropa, seperti Duta Besar Belarusia, Duta Besar Bangladesh, Konjen Australia dan perwakilan negara calon investor dan buyer dari Denmark, Swedia, Jepang, Singapura, Hongkong dan Turki.
(Febrina Ratna Iskana)