"Karena musim hujan baru di November kemungkinan terlambat sekitar 20-an hari, karena baru November kira-kira nanti tanam serempaknya perhitungan saya di Desember, tanam dalam luasan besar," lanjut Dwi Andreas.
Namun demikian, Dwi Andreas menilai kemunduran musim panen raya itu tidak berdampak banyak terhadap pembentukan harga beras di pasar. Sebab antisipasi Pemerintah dengan melakukan importasi beras yang masif bakal membentuk harga beras di pasar.
"Seharusnya seperti itu (harga beras naik), tapi yang terjadi saat ini anomali, saya melihat dari survey AP2TI, harga gabah di tingkat usaha tani saat ini mulai turun, padahal gabah ditingkat petani jarang, kalau turun saya pastikan harga beras akan turun," pungkasnya.
Sekedar informasi tambahan, Pemerintah saat ini telah kembali menugaskan BUMN pangan Bulog untuk menambah kuota impor sebanyak 2 juta ton pada awal tahun 2024 mendatang. Hal itu bertujuan untuk menekan harga beras di pasar antisipasi mengalami kenaikan apabila produksi padi petani turun.
(SLF)