sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jelang Penutup Tahun 2025, Kinerja APBN Berjalan On-Track

Economics editor Kunthi Fahmar Sandy
31/12/2025 13:06 WIB
Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, hingga 30 November 2025 realisasi APBN menunjukkan kinerja yang tetap terjaga.
Jelang Penutup Tahun 2025, Kinerja APBN Berjalan On-Track (FOTO:iNews Media Group)
Jelang Penutup Tahun 2025, Kinerja APBN Berjalan On-Track (FOTO:iNews Media Group)

IDXChannel - Menjelang penutup akhir 2025, kinerja Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) berjalan on-track dan dioptimalkan untuk mendukung program prioritas serta katalis pertumbuhan ekonomi. 

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, hingga 30 November 2025 realisasi APBN menunjukkan kinerja yang tetap terjaga.

Pendapatan negara menunjukkan realisasi sebesar Rp2.351,5 triliun atau 82,1 persen dari outlook laporan semester. Besarnya realisasi tersebut utamanya didukung oleh penerimaan perpajakan Rp1.903,9 triliun dengan penerimaan pajak sebesar Rp1.634,4 triliun dan penerimaan kepabeanan dan cukai sebesar Rp269,4 triliun.

Sementara itu, realisasi penerimaan negara bukan pajak sebesar Rp444,9 triliun. Ditengah tekanan pada pendapatan negara, belanja negara tumbuh untuk mendukung perekonomian. 

Realisasi belanja negara hingga 30 November sebesar Rp2.911,8 triliun atau 82,5 persen terhadap outlook laporan semester. Belanja pemerintah pusat sebesar Rp2.116,2 triliun terdiri dari belanja Kementerian/Lembaga sebesar Rp1.110,7 triliun dan belanja non-K/L sebesar Rp1.005,5 triliun.

Menurut Purbaya, penyaluran Transfer ke Daerah juga masih on-track dalam mendukung layanan publik di daerah dengan realisasi sebesar Rp795,6 triliun.

“Ini mencerminkan belanja pemerintah yang terus diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi dan mendukung program prioritas,” kata Menkeu.

Dengan perkembangan realisasi pendapatan dan belanja negara, Menkeu menyampaikan defisit APBN tercatat sebesar Rp560,3 triliun atau 2,35 persen terhadap PDB, masih dalam batas yang terkelola dan sesuai dengan desain APBN. Selain itu, defisit keseimbangan primer sebesar Rp82,2 triliun menunjukkan pengelolaan fiskal yang tetap prudent di tengah berbagai tantangan global.

Suku Bunga BI Tetap di Akhir 2025, Terendah Sejak 2025

Pada akhir tahun atau bulan Desember 2025, BI mempertahankan suku bunga di angka 4,75 persen. BI juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility sebesar 3,75 persen dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,50 persen.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah di tengah masih tingginya ketidakpastian global dengan tetap memperkuat efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang telah ditempuh selama ini untuk menjaga stabilitas dan mendorong perekonomian nasional.

"Kebijakan moneter Bank Indonesia terus diperkuat untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi dengan tetap menjaga stabilitas perekonomian," kata Perry. Diketahui, sejak September 2024, BI-Rate telah turun sebesar 150 bps, yaitu 25 bps pada September 2024 dan 125 bps selama tahun 2025 menjadi 4,75 persen hingga November 2025, yang merupakan level terendah sejak tahun 2022. 

Menurut Perry, efektivitas transmisi pelonggaran kebijakan moneter terhadap penurunan suku bunga perbankan perlu terus didorong. Pelonggaran kebijakan moneter yang telah ditempuh Bank Indonesia dan penempatan dana Saldo Anggaran Lebih (SAL) Pemerintah di perbankan perlu diikuti dengan penurunan suku bunga perbankan lebih cepat. 

Terbaru, Bank Indonesia (BI) resmi menghentikan publikasi Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) mulai 1 Januari 2026. 

"Untuk menggantikan JIBOR, pasar keuangan Indonesia didorong untuk menggunakan Indonesia Overnight Index Average (INDONIA), yaitu suku bunga acuan Rupiah yang dihitung berdasarkan transaksi aktual pinjam-meminjam antarbank," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso Rabu (31/12/2025).

Dengan berbasis transaksi aktual, INDONIA dinilai lebih akurat, objektif, dan mencerminkan kondisi likuiditas pasar secara riil. Hal ini merupakan bagian dari reformasi suku bunga acuan yang  sejalan dengan praktik terbaik global, guna memperkuat pendalaman pasar keuangan Indonesia.

Reformasi suku bunga acuan ini dilakukan dengan persiapan yang matang oleh Bank Indonesia, termasuk memastikan kesiapan pelaku pasar keuangan untuk beralih dari JIBOR ke INDONIA. 

Sekadar informasi, INDONIA telah dipublikasikan mulai 1 Agustus 2018 paralel dengan publikasi JIBOR. Selanjutnya, kebijakan pengakhiran JIBOR diumumkan sejak 27 September 2024 disertai dengan Panduan Transisi Pengakhiran JIBOR yang disusun oleh National Working Group on Benchmark Reform (NWGBR). Pelaku pasar secara bertahap telah mengacu pada INDONIA. Survei yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa nilai kontrak keuangan yang jatuh tempo sebelum 31 Desember 2025 yang menggunakan JIBOR sebagai acuan telah turun 67,7 persen dari sebesar Rp140,37 triliun pada September 2024 menjadi Rp45,28 triliun pada September 2025. 

Adapun nilai kontrak yang memiliki fallback rate (telah dinegosiasikan dengan rate yang baru pada saat JIBOR dihapuskan) yang jatuh tempo setelah 31 Desember 2025, meningkat 35,9% dari Rp164,48 triliun pada September 2024 menjadi Rp223,76 triliun pada September 2025. Seiring dengan peningkatan transparansi pasar, aktivitas transaksi di Pasar Uang Antarbank (PUAB) juga menunjukkan kinerja yang baik.

Hingga 19 Desember 2025, rata-rata nilai transaksi pinjam-meminjam antarbank dalam Rupiah mencapai sekitar Rp15,4 triliun per hari, atau sekitar 63,5 persen dari total transaksi pasar uang. "Penggunaan INDONIA sebagai acuan akan mendorong terwujudnya pasar keuangan Indonesia yang modern, kredibel, dan berdaya saing global untuk mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan," ujarnya.  

BI akan terus memperkuat komunikasi dan koordinasi dengan pelaku pasar dan masyarakat guna memastikan kelancaran reformasi suku bunga acuan. 

Sektor Jasa Keuangan dalam Tren Menguat

Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Mahendra Siregar menuturkan ketahanan industri jasa keuangan dinilai tetap kuat, ditopang oleh permodalan yang solid, kecukupan pencadangan, serta profil risiko yang terkendali. 

Kondisi ini menjadi modalitas untuk ruang ekspansi kinerja sektor jasa keuangan yang lebih luas ke depan, didukung dengan implementasi kebijakan pendalaman pasar keuangan, perluasan akses pembiayaan, serta penguatan integritas dan tata kelola di seluruh SJK. 

OJK senantiasa mengarahkan sektor jasa keuangan untuk turut berkontribusi optimal terhadap program prioritas pemerintah, dengan memastikan penerapan prinsip manajemen risiko dan tata kelola yang baik guna menjaga stabilitas sektor jasa keuangan.

Di pasar modal, meskipun sempat mengalami tekanan pada akhir triwulan I 2025 akibat sentimen negatif perdagangan global, IHSG mampu pulih dan kembali berada pada tren positif, ditopang oleh respons kebijakan yang adaptif dari OJK dan BEI melalui kebijakan buyback tanpa RUPS, penyesuaian batasan trading halt, serta penerapan asymmetric auto rejection. 

Setelah periode volatilitas tersebut, IHSG menunjukkan resiliensi yang tinggi dan bahkan mencatat sejumlah rekor tertinggi sepanjang 2025, mencerminkan kepercayaan investor yang tetap terjaga. 

Adapun dari sisi intermediasi, pertumbuhan kredit perbankan dan pembiayaan mengalami moderasi dibandingkan tahun lalu, terutama pada segmen-segmen yang terdampak perlambatan kinerja sektor riil. Premi asuransi, khususnya asuransi jiwa, juga tumbuh lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. 

"Di domestik, perekonomian Indonesia terpantau solid dengan ekonomi triwulan III tumbuh 5,04 persen yoy dan indeks PMI manufaktur yang tetap berada di zona ekspansi," tutur dia. 

(kunthi fahmar sandy)

Halaman : 1 2 3 4 5 6
Advertisement
Advertisement