sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jika Tak Diberi Insentif, Aprindo Prediksi Ritel Modern Banyak yang Tumbang

Economics editor Ferdi Rantung
25/05/2021 16:09 WIB
Aprindo prediksi ritel modern di Indonesia akan banyak yang tumbang dalam 6 bulan ke depan jika pemerintah tidak memberikan perhatian khusus pada sektor ini.
Jika Tak Diberi Insentif, Aprindo Prediksi Ritel Modern Banyak yang Tumbang (FOTO:MNC Media)
Jika Tak Diberi Insentif, Aprindo Prediksi Ritel Modern Banyak yang Tumbang (FOTO:MNC Media)

IDXChannel - Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey memprediksi bahwa ritel modern di Indonesia akan banyak yang tumbang dalam 6 bulan ke depan jika pemerintah tidak memberikan perhatian khusus pada sektor ini.  

"Kita akan lihat waktu sampai 6 bulan ke depan bila tidak ada support dari pemerintah maka diakhir tahun dipastikan akan banyak bertumbangan lagi secara signifikan," kata Roy kepada MNC Portal Indonesia, Selasa (25/5/2021) 

Ia menjelaskan, saat ini kondisi ritel modern sudah memakai dana cadangannya. Sehingga pihaknya berharap diberikan alokasi dana pemulihan ekonomi nasional dan insentif pada sektor ritel.  

"Tumbangnya ritel modern tergantung pada kecepatan dari pemerintah. Dalam memberikan insentif atau relakasi, atau menjadikan ritel sektor prioritas," jelasnya 

Seperti diketahui, kabar terbaru bahwa PT Hero Supermarket Tbk (HERO) memutuskan untuk menutup seluruh gerai supermarket Giant miliknya di Indonesia pada Juli 2021. Rencananya, Hero Group akan mengubah lima gerai giant menjadi IKEA yang menjadi fokus baru Hero Group.  

Agar ritel modern tidak banyak yang tumbang, Roy pun memaparkan insentif yang dibutuhkan sektor ritel agar dapat bisa bertahan di dalam situasi Pandemi Covid-19. Pertama insentif kebijakan fiskal yang berkelanjutan. 

"Misalnya tidak menaikkan PPN. Karena kenaikan PPN ini tidak tepat dalam situasi seperti ini. Karena akan menahan daya beli masyarakat. Jika begitu konsumsi akan terdampak, sehingga pemulihan ekonomi juga terhambat dan peritel tidak akan produktif," tandasnya. 

Kedua, Insentif dalam kebijaka moneter. Contohnya adanya penurunan suku bunga. Korporasi ritel dapat diberikan prioritas untuk penurunan suku bunga sesuai dengan yang ditetapkan dalam alokasi pemulihan ekonomi nasional.  

Ketiga, harmonisasi atau relaksasi dari operasional ritel modern. Dalam hal ini, Roy berharap adanya subsidi gaji bagi para pekerja ritel.  

"Adanya subsidi gaji bagi para pekerja ritel khususnya, kepada 65 persen yang berada di garda terdepan yang ada di toko atau di gerai toko modern," terangnya. 

Selain itu, tambah Roy, pemerintah bisa memberikan relaksasi terhadap biaya listrik yang digunakan oleh peritel modern. Sebab, biaya listrik ini jumlah sangat signifikan.  

"Relakasi terhadap operasional listrik karena biaya listrik ini sangat signifikan. Saat ini belum ada relasi terhadap operasional listrik ini. Itu yang kami perlukan," tambahnya. 

(SANDY)

Halaman : 1 2 3
Advertisement
Advertisement