Komoditas timah Indonesia dari tahun 2015 hingga 2020 secara keseluruhan juga mencatatakan surplus USD1,11 miliar hingga USD1,56 miliar dengan komposisi ekspor terbesar pada unwrought tin, tin bar, tin rod, tin profile, tin wire, dan tin foil.
Sayangnya, logam timah juga belum masuk ke dalam salah satu industri prioritas Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015–2035. Kondisi ini menunjukan bahwa industri antara dan hilir timah di Indonesia belum berkembang dengan baik.
Padahal, potensi timah masih cukup besar untuk perekonomian nasional. Bahkan menurut ESDM, estimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pajak komoditas ini diperkirakan mencapai Rp3,79 triliun pada tahun 2045.
Kinerja Ekspor Timah
Permintaan timah global yang meningkat telah memicu tumbuhnya ekspor timah Indonesia sepanjang tahun ini.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor Indonesia tumbuh 11,11% menjadi 42,57 ribu ton cumulative to cumulative (c-to-c) sepanjang periode Januari-Juli 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Nilai ekspornya pun juga melonjak 45,85% menjadi USD1,59 miliar atau setara Rp23,8 triliun (asumsi kurs Rp15.000) sepanjang periode Januari hingga Juli tahun yang sama.
China menjadi tujuan utama ekspor timah nasional dengan volume mencapai 13,01 ribu ton selama 7 bulan pertama 2022. Volume tersebut melonjak 1.634 ton atau 18%.
Adapun nilainya juga melonjak 2,511% menjadi USD521,96 juta sepanjang periode Januari-Juli 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.
Adapun Singapura menjadi negara importir hasil timah Indonesia terbesar kedua dengan volume mencapai 7,06 ribu ton senilai USD248,91 juta pada periode yang sama. Diikuti India dengan volume impor mencapai 4,92 ribu ton dengan nilai USD174,88 juta.
Menurut Tradingeconomics, ekspor timah Indonesia mencapai USD2,44 Miliar selama tahun 2021, mengutip database Comtrade PBB. Angka ini bahkan melesat dibanding tahun sebelumnya.
Sementara sepanjang tahun 2021, nilai ekspor timah mencapai USD2,44 miliar atau sekitar Rp321,27 triliun menurut BPS.
Nilai itu melonjak hingga 116,11% dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu mencapai USD1,13 miliar atau sekitar Rp162 triliun.
Jika pemerintah ingin mendukung hilirisasi timah dalam negeri, dukungan kebijakan perlu diperkuat dengan mendorong timah masuk ke dalam prioritas industri nasional. (ADF)