sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jokowi Larang Ekspor, Simak Potensi Komoditas Timah RI

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
21/10/2022 16:58 WIB
Jika pemerintah ingin mendukung hilirisasi timah dalam negeri, dukungan kebijakan perlu diperkuat dengan mendorong timah masuk ke dalam prioritas industri RI.
Jokowi Larang Ekspor, Simak Potensi Komoditas Timah RI. (Foto: MNC Media)
Jokowi Larang Ekspor, Simak Potensi Komoditas Timah RI. (Foto: MNC Media)

IDXChannel - Wacana larangan ekspor timah disinyalir menjadi langkah pemerintah untuk menggenjot hilirisasi hasil tambang ini. Hal ini dilakukan dengan membangun sejumlah smelter.

Terbaru pemerintah melalui PT Timah Tbk (TINS), tengah membangun Top Submerge Lance (TSL) Ausmelt Furnace di Kawasan Unit Metalurgi Muntok, Bangka Barat.

TSL Ausmelt Furnace merupakan salah satu bentuk transformasi dan inovasi teknologi pengolahan timah kadar rendah yang dilakukan BUMN Timah. Proyek ini ditargetkan rampung pada November 2022 mendatang.

Sementara itu, Direktur Utama Timah, Achmad Ardianto mengatakan dengan beroperasinya TSL Ausmelt Furnace dapat meningkatkan efektifitas produksi dengan proses pengolahan yang lebih efisien.

“PT Timah melaksanakan transformasi teknologi pengolahan dengan ausmelt sebagai bentuk optimalisasi teknologi, peningkatan kapasitas, efisiensi produksi, safety and health environmental,” kata Achmad Ardianto.

Indonesia dinobatkan sebagai negara kedua penghasil timah terbesar di dunia. Untuk itu, Indonesia miliki potensi besar dalam sektor pertambangan timah.

Berdasarkan laporan U.S. Geological Survey (USGS) pada 2021, Indonesia memiliki potensi cadangan timah sebesar 800 ribu ton logam timah atau sekitar 17% dari total cadangan timah dunia yang berjumlah 4,3 juta ton.

Potret Industri Hilir Timah Indonesia

Industri hulu komoditas timah di Indonesia berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. sayangnya, industri hilirnya masih dapat dikatakan tertinggal.

Padahal, hilirisasi timah dapat mendorong tumbuhnya industri-industri lain di Tanah Air mengingat timah merupakan bahan baku dari banyak industri.

Timah digunakan sebagai bahan baku industri yang cukup umum. Penggunaan akhir logam timah umumnya adalah untuk aplikasi tin foil, tin pipe, tin tube, tin chemical, tin wire, pewter, pipe fitting, komponen elektronik dan otomotif, tin plating steel sheet dan tin coating plastic sheet.

Hal ini terlihat dari impor produk hilir timah dalam jumlah yang masih signifikan. Terlihat dari sekitar 98,04% dari hasil produksi logam timah Tanah Air diekspor ke luar negeri. Sedangkan kurang dari 1,96% sisanya dijual di pasar domestik untuk kebutuhan industri antara dan manufaktur pada 2020, menurut paparan Kementerian ESDM dalam laporan Arah Pengembangan Hulu Hilir Mineral Utama dan Batubara Menuju Indonesia Maju.

Di samping itu, industri hilir produk timah yang telah ada di Indonesia masih cukup terbatas. Di antaranya industri tin bar/tin solder, tin plate, dan tin coating and plating.

Pada industri ini, tin plate menjadi komponen turunan timah yang paling penting sebagai bahan baku industri pelapis dan kemasan.

Menurut data Kementerian ESDM, PT Pelat Timah Nusantara Tbk atawa Latinusa (NIKL) merupakan satu-satunya produsen dalam negeri komponen tin plate ini. Sayangnya, PT Latinusa masih mengimpor bahan baku, yaitu tin plate tin mill black plate (TMBP) sekitar 144 ribu ton pada 2020.

Pada tahun 2020, penguasaan pangsa pasar Indonesia oleh PT Latinusa tin plate dilaporkan sebesar 60% yang mengindikasikan bahwa kebutuhan total tin plate Indonesia mencapai lebih dari 260 ribu ton.

Namun, meskipun menjadi pemain utama bisnis hilir timah, kinerja saham NIKL di Bursa Efek Indonesia (BEI) tidak terlalu mendapat sorotan dan cenderung tidak moncer.

Sementara logam timah yang dijual domestik sebagian besar diserap oleh PT Timah Industri, anak perusahaan PT Timah Tbk (TINS) untuk industri tin based chemical dan tin solder sekitar 3.524 ton di tahun yang sama.

Sisanya, diserap oleh PT Latinusa untuk industri tin plate ini. Nilai realisasi produksi dari PT Latinusa dilaporkan sebesar 145.120 ton tin plate atau sekitar 90,7% dari total kapasitas produksi 160.000 ton.

Namun angka impor dan produk tin plate turunannya, berdasarkan data BPS, hanya tercatat sekitar 8 ribu ton pada tahun yang sama.

Adapun aplikasi tin plate selalu didominasi untuk kemasan kaleng susu, makanan, makanan kering, produk kimia, dan cat.

Komoditas timah Indonesia dari tahun 2015 hingga 2020 secara keseluruhan juga mencatatakan surplus USD1,11 miliar hingga USD1,56 miliar dengan komposisi ekspor terbesar pada unwrought tin, tin bar, tin rod, tin profile, tin wire, dan tin foil.

Sayangnya, logam timah juga belum masuk ke dalam salah satu industri prioritas Rencana Induk Pembangunan Industri Nasional (RIPIN) 2015–2035. Kondisi ini menunjukan bahwa industri antara dan hilir timah di Indonesia belum berkembang dengan baik.

Padahal, potensi timah masih cukup besar untuk perekonomian nasional. Bahkan menurut ESDM, estimasi Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pajak komoditas ini diperkirakan mencapai Rp3,79 triliun pada tahun 2045.

Kinerja Ekspor Timah

Permintaan timah global yang meningkat telah memicu tumbuhnya ekspor timah Indonesia sepanjang tahun ini.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume ekspor Indonesia tumbuh 11,11% menjadi 42,57 ribu ton cumulative to cumulative (c-to-c) sepanjang periode Januari-Juli 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Nilai ekspornya pun juga melonjak 45,85% menjadi USD1,59 miliar atau setara Rp23,8 triliun (asumsi kurs Rp15.000) sepanjang periode Januari hingga Juli tahun yang sama.

China menjadi tujuan utama ekspor timah nasional dengan volume mencapai 13,01 ribu ton selama 7 bulan pertama 2022. Volume tersebut melonjak 1.634 ton atau 18%.

Adapun nilainya juga melonjak 2,511% menjadi USD521,96 juta sepanjang periode Januari-Juli 2022 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun Singapura menjadi negara importir hasil timah Indonesia terbesar kedua dengan volume mencapai 7,06 ribu ton senilai USD248,91 juta pada periode yang sama. Diikuti India dengan volume impor mencapai 4,92 ribu ton dengan nilai USD174,88 juta.

Menurut Tradingeconomics, ekspor timah Indonesia mencapai USD2,44 Miliar selama tahun 2021, mengutip database Comtrade PBB. Angka ini bahkan melesat dibanding tahun sebelumnya.

Sementara sepanjang tahun 2021, nilai ekspor timah mencapai USD2,44 miliar atau sekitar Rp321,27 triliun menurut BPS.

Nilai itu melonjak hingga 116,11% dibandingkan penjualan pada periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu mencapai USD1,13 miliar atau sekitar Rp162 triliun.

Jika pemerintah ingin mendukung hilirisasi timah dalam negeri, dukungan kebijakan perlu diperkuat dengan mendorong timah masuk ke dalam prioritas industri nasional. (ADF)

Halaman : 1 2
Advertisement
Advertisement