Adapun kontribusi investasi AS selama kuartal satu (Q1) 2022 sebesar USD600 juta. Realisasi investasi RI di kuartal ini juga berhasil tumbuh positif, yaitu 28,5% secara year on year (yoy). Total investasi menjadi Rp 282,4 triliun.
Tak hanya soal kerja sama dagang, kerja sama militer RI-AS pun juga terjalin sejak lama.
Teranyar, pada Juli lalu, markas besar (Mabes) TNI kedatangan Jenderal Mark AA Milley, selaku chairman of the Joint Chiefs of Staff (CJCS).
Ia adalah perwira militer berpangkat tertinggi dan paling senior di Angkatan Bersenjata AS sekaligus penasehat militer utama presiden, Dewan Keamanan Nasional, Dewan Keamanan Dalam Negeri, dan sekretaris pertahanan negara.
Kedatangan jenderal Milley tersebut setelah 14 tahun absen dari kunjungan kerja ke Indonesia.
Indonesia juga disebut sedang mendekati Amerika Serikat di tengah ketegangan konflik di Laut China Selatan (LCS) yang memanas beberapa tahun terakhir. Ketegangan di LCS ini menjadi salah satu potensi konflik militer terbesar di kawasan Asia Pasifik.
Menurut beberapa analis, tindakan Beijing di Laut Cina Selatan, mendorong Indonesia mempertimbangkan negeri Paman Sam dan sekutu Barat lainnya sebagai pendukung militer.
Hal ini tidak terlepas dari konteks sejarah hubungan Barat dan militer RI.
“Hal itu menyebabkan Indonesia melihat ke AS dan negara-negara lain, tetapi untuk AS khususnya, sebagai semacam penyeimbang,” kata Carl Thayer, profesor emeritus politik di University of New South Wales di Australia, dikutip VoA (24/4/22).
Pemerintahan Biden pada Februari lalu (10/2/22) juga menyetujui penjualan senjata hampir USD14 miliar ke Indonesia.
Mengutip VoA, hal ini dilakukan AS termasuk untuk membendung dominasi China di Indo-Pasifik.
Penjualan ini mencakup 36 jet tempur F-15, mesin dan peralatan terkait, termasuk amunisi dan sistem komunikasi. Penjualan senjata ini setelah kunjungan Anthony Blinken pada pertengahan Desember 2021, yang pada saat itu memuji hubungan dekat AS-Indonesia.
Signifikansi kerja sama RI-AS dalam aspek ekonomi hingga miiter ini yang semakin menunjukkan peran negeri Paman Sam masih sangat diharapkan secara khusus bagi Indonesia dan secara umum di Asia Pasifik.
Indonesia bisa saja berperan menjadi mediator bagi AS dan China jika kedua negara ini masih akan tetap bersitegang di masa mendatang. (ADF)