sosmed sosmed sosmed sosmed
get app
Advertisement

Jokowi Sebut SBN Tidak Dikuasai Asing Kunci Ekonomi RI Kokoh, Ini Penjelasannya

Economics editor Maulina Ulfa - Riset
22/12/2022 14:04 WIB
Secara year to date (YTD), RI mengalami persentase capital outflow dari SBN sebesar 15,57%.
Jokowi Sebut SBN Tidak Dikuasai Asing Kunci Ekonomi RI Kokoh, Ini Penjelasannya. (Foto: MNC Media)
Jokowi Sebut SBN Tidak Dikuasai Asing Kunci Ekonomi RI Kokoh, Ini Penjelasannya. (Foto: MNC Media)

Sementara Bank Indonesia (BI) juga mencatatkan aliran modal asing masuk (capital inflow) ke pasar keuangan Indonesia sebesar Rp 1,77 triliun di pekan kedua Desember 2022. Dengan adanya tambahan investasi tersebut, total inflow RI mencapai Rp73,27 triliun secara year-to-date.

Namun demikian, angka ini lebih rendah dari outflow yang mencapai Rp140,6 triliun di periode yang sama.

Indonesia tidak sendirian dalam menghadapi tantangan arus modal keluar ini.

China adalah salah satu contoh negara yang harus menghadapi arus modal keluar jumbo mencapai USD8,8 miliar pada Oktober tahun ini di tengah gonjang-ganjing ekonomi negeri Tirai Bambu yang tengah memuncak.

Investor asing menarik dana sebesar itu dari saham dan obligasi China pada Oktober. Mengutip SCPM, kondisi ini disebut mencerminkan perubahan sentimen atas kekhawatiran geopolitik dan kecemasan atas kebijakan zero Covid-19 Beijing berdasarkan analisis Institute of International Finance (IIF).

Adapun arus modal keluar dari pasar saham China juga mencapai USD7,6 miliar pada Oktober, dengan sisa USD1,2 miliar dihapus dari pasar obligasi, kata IIF yang berbasis di AS pada November lalu.

Sementara arus keluar modal tercatat hanya USD700 juta dari pasar saham China pada bulan September, menurut data dari IIF.

Obligasi pemerintah biasanya merupakan instrumen investasi dengan risiko rendah. Namun, jenis investasi ini juga memberikan imbal hasil yang sangat rendah bagi pemegang obligasi.

Obligasi memang bisa berisiko karena risiko geopolitik, ketidakstabilan ekonomi, atau fluktuasi mata uang asing.

Obligasi pemerintah dipengaruhi oleh kebijakan fiskal pemerintah, pengelolaan sumberdaya alam jika ada, dan keseimbangan neraca berjalan. Faktor-faktor ini, pada gilirannya, mempengaruhi imbal hasil obligasi.

Selain itu, risiko fluktuasi mata uang dapat mempengaruhi nilai obligasi pemerintah. Jika investor menyimpan investasi dalam dolar, posisi mereka akan relatif dipengaruhi oleh stabilitas mata uang di mana obligasi didenominasikan.

Kondisi ini dapat memengaruhi pengembalian total pendapatan dan apresiasi harga.

Melansir Bloomberg, kondisi pasar obligasi Indonesia sebenarnya menjadi primadona dan mengungguli sebagian besar negara berkembang di Asia sepanjang tahun ini. Bahkan sejumlah investor meyakini kinerja obligasi masih menarik di tahun depan.

“Obligasi Indonesia relatif menarik dibandingkan negara-negara berkembang di Asia, dengan imbal hasil riil yang lebih tinggi daripada negara-negara seperti India dan Thailand. Ketika tekanan inflasi mereda di AS dan The Fed memperlambat laju kenaikan suku bunga, rupiah kemungkinan akan diuntungkan dari aliran portofolio obligasi,” kata Johnny Chen, manajer keuangan di William Blair Investment in Singapura, mengutip Bloomberg, (16/12)

Namun, anomali terjadi pada SBN atau obligasi yang diterbitkan negara di mana terlihat investor asing sepertinya lebih memilih untuk meninggalkan RI di aset investasi ini. (ADF)

Halaman : 1 2 Lihat Semua
Advertisement
Advertisement