Erick menjelaskan, ketiga aspek itu masih diperdalam untuk menemukan masalah yang lebih krusial. Misalnya, kerugian BUMN Karya lebih didominasi oleh praktik korupsi atau justru adanya kesalahan operasional bisnis atau proyek yang ditangani.
Jika korupsi yang mendominasi, maka akan diusut dan ditangani sesegera mungkin. Sebaliknya, bila ada kekeliruan atas operasional bisnis perusahaan, maka terus diperbaiki.
"Tentu kerugian karena kasus korupsi, apalagi dari utang yang harus kita sikat, tetapi itu karena salah berhitung secara operasional harus kita perdalam, apakah karena saat Covid, apakah juga masa daripada itunya belum maksimal," katanya.
"Contoh jalan tol, jalan tol itu kan prosesnya delapan tahun supaya itu bisa menjadi cash flow positif, tetapi jadi 10 tahun, kenapa? Mesti kita hitung, apakah karena Covid, atau karena kemarin itu trafiknya itu belum setinggi yang diprediksi, nah itu kan hal-hal yang lumrah," lanjut dia.
Terkait utang, lanjut Erick, pihaknya tengah melakukan restrukturisasi agar keuangan perusahaan bisa menjadi positif.
(YNA)