Efisiensi biaya operasional setiap unit pesawat aktif turut menjadi konsen maskapai. Sejumlah program bersama mitra bisnis, sekaligus promosi juga tengah disiapkan untuk memacu loyalitas konsumen.
"Kita akan menjangkau lebih banyak perusahaan untuk berpartner. Mulai dari pemerintah, agen, hingga komunitas, kita mau meluncurkan program-program bundling, juga dengan hotel untuk bisa meningkatkan gairah kembali. Jadi sabar dulu, sebentar lagi," terangnya.
Di tempat terpisah, Direktur Center of Economic and Law Studies, Bhima Yudhistira memandang, industri penerbangan sedang dalam fase rebound meskipun masih tertekan oleh harga energi. Bagi Bhima, moderasi harga minyak mentah berpengaruh terhadap harga avtur yang lebih ringan.
"Saat ini, sebenarnya adalah momentum kembalinya pendapatan dari maskapai, tapi bedanya, pasca-pandemi perusahaan maskapai dituntut untuk mempertahankan harga yang terjangkau, rute penerbangan semakin banyak, juga ada inovasi-inovasi baru," terangnya saat dihubungi MNC Portal Indonesia.
Bhima menilai, tekanan harga avtur dapat dikontrol apabila perusahaan penerbangan mampu memanfaatkan pemulihan ekonomi dan pelonggaran pembatasan.
"Bisnis penerbangan itu tumbuh 66,9% yoy di 2022, artinya ini sedang dalam masa bangkit," tandasnya.
(FAY)