"Pertumbuhan permintaan tersebut tidak bisa didongkrak tanpa ada pengendalian pandemi yang baik secara konsisten. Walaupun sudah melandai, masih ada varian omicron sehingga kita tetap harus waspada," tuturnya.
Selanjutnya, reformasi struktural untuk meningkatkan daya saing iklim usaha dan investasi di sektor manufaktur. "Peningkatan daya saing iklim usaha sangat penting karena kita banyak kompetitor dari negara-negara tetangga. Jadi pembiayaan yang masih lebih tinggi, masalah ketenagakerjaan, adopsi teknologi menjadi kunci lebih mendorong industri manufaktur," jelas Shinta.
Terakhir, pembenahan rantai pasokan industri manufaktur nasional. Hal ini karena masih banyak industri dalam negeri yang ketergantungan impor pada bahan baku dan bahan penolong.
"Tentu saja Indonesia harus memposisikan supaya bisa menjadi bagian dari global value chain. Harus ada diversifikasi terhadap impor bahan baku dan bahan penolong industri manufaktur," tutup Shinta. (RAMA)