Meskipun ekonomi global melambat dan penguncian di China, harga gas alam yang melonjak setelah invasi Rusia ke Ukraina menopang penggunaan batu bara dunia tahun ini. Pada bulan September, harga batu bara mencapai rekor tertinggi sekitar USD457,80 per ton. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sumber: Trading Economics, diolah tim riset IDX Channel, Desember 2022
Batu bara berjangka Newcastle, tolok ukur pasar di Asia diperdagangkan lebih dari USD400 per ton, meroket lebih dari 150% dibanding tahun lalu, di tengah prospek permintaan yang terus kuat dan pasokan yang terbatas.
Menurut laporan IEA, konsumsi batu bara dunia diperkirakan meningkat pada tahun 2022, kembali ke tingkat rekor yang dicapai hampir satu dekade lalu.
Berdasarkan tren ekonomi dan pasar saat ini, konsumsi batu bara global diperkirakan akan meningkat sebesar 0,7% pada tahun 2022 menjadi 8 miliar ton, dengan asumsi ekonomi China pulih seperti yang diharapkan pada paruh kedua tahun ini, menurut IEA's July 2022 Coal Market Update.
Sebaliknya, perang Rusia-Ukraina yang sedang berlangsung diperkirakan akan mengurangi produksi dari Rusia dan Ukraina masing-masing sebesar 18% dan 50,5% pada 2022.
Total global ini akan menyamai rekor tahunan yang ditetapkan pada tahun 2013, dan permintaan batubara kemungkinan akan meningkat lebih lanjut tahun depan ke level tertinggi baru sepanjang masa.
Permintaan dari Eropa di tengah kekhawatiran kekurangan gas alam untuk pembangkit listrik juga meningkat. Ditambah dengan meroketnya impor batu bara termal dari India, karena permintaan listrik meningkat, adanya gelombang panas dan peningkatan aktivitas ekonomi, telah mendorong harga lebih tinggi.
Di sisi pasokan, cuaca basah dan banjir yang berdampak pada Australia oleh fenomena La Nina telah memukul produksi batu bara seperti di Glencore, BHP, dan Anglo-Amerika.
Akibatnya, ekspor batu bara termal Australia kemungkinan akan turun 13 juta ton menjadi 183 juta tahun ini.
Posisi Indonesia sebagai produsen batu bara terbesar ketiga di dunia setelah China dan India sangat diuntungkan. Setelah mencatatkan pertumbuhan yang kuat sebesar 8,9% pada tahun 2021, produksi tambang batu bara Indonesia diperkirakan akan mencatat pertumbuhan sebesar 2,6% year-on-year (yoy) hingga mencapai 629,9Mt pada tahun 2022.
- Emas
Emas sebagian besar diperdagangkan di pasar OTC London, pasar berjangka AS (COMEX) dan Shanghai Gold Exchange (SGE). Kontrak masa depan standar adalah 100 troy ons. Pada bulan Maret 2022, harga emas sempat mencapai rekor tertinggi sekitar USD2052,41 per ons. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sumber: Trading Economics, diolah tim riset IDX Channel, Desember 2022
Emas menjadi investasi yang menarik selama periode ketidakpastian politik dan ekonomi.
Berbagai situasi yang terjadi seperti politik, ekonomi, krisis, resesi, atau perang adalah salah satu pemicu naik dan turunnya harga emas. Sebab dalam kondisi ekonomi dan politik yang kacau balau, emas seringkali dianggap sebagai penyelamat.
Saat terjadi krisis atau perang, biasanya harga emas akan melonjak naik. Investasi emas disebut-sebut salah satu aset aman (safe haven).
Setengah dari konsumsi emas di dunia adalah perhiasan, 40% investasi, dan 10% industri. Produsen emas terbesar adalah China, Australia, Amerika Serikat, Afrika Selatan, Rusia, Peru dan Indonesia. Konsumen perhiasan emas terbesar adalah India, China, Amerika Serikat, Turki, Arab Saudi, Rusia, dan Uni Emirat Arab.