Fluktuasi harga minyak ini dapat dikatakan hanya berkutat pada perseteruan geopolitik antara OPEC+, Rusia dan Amerika Serikat (AS), karena produksi minyak terbesar dunia masih dikendalikan oleh AS, Arab Saudi, Rusia sebagai top three. (Lihat grafik di bawah ini.)
Badan Energi Internasional (IEA) juga mengatakan bahwa harga minyak dapat naik tahun depan karena China akan kembali meningkatkan permintaan karena Covid-19 sudah mulai terkendali dan karena sanksi Barat terkait price cap akan menekan pasokan Rusia.
Sementara itu, OPEC dan Goldman Sachs memperingatkan bahwa permintaan energi global dapat melemah tahun depan karena hambatan ekonomi makro.
Data resmi juga menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS naik lebih dari 10 juta barel pekan lalu, peningkatan terbesar sejak Maret 2021. Kondisi ini akan menyebabkan kelebihan pasokan dan berpotensi kembali menghantam harga minyak.
- Gas Alam
Gas alam AS diperdagangkan sekitar USD7/MMBtu, bergerak naik setelah sebelumnya berada di posisi terendah dalam lima bulan terakhir sebesar USD5,5/MMBtu yang dicapai pada tanggal 6 Desember. Harga gas alam sempat ATH di level USD9,7/MMBtu pada bulan Agustus 2022. (Lihat grafik di bawah ini.)
Sumber: Trading Economics, diolah tim riset IDX Channel, Desember 2022
Harga gas alam diproyeksikan tetap lemah untuk tahun ini, karena cuaca yang lebih sejuk di sebagian besar bulan Oktober dan November, sementara rekor tingkat produksi menambah sentimen bearish.
EIA melaporkan bahwa produksi gas alam kering AS, yang digunakan terutama di rumah dan bisnis untuk pemanas, memasak, dan listrik, akan memecahkan rekor tahunan 98,0 Bcf per hari pada tahun 2022. Sebagai informasi, gas alam menyumbang hampir seperempat dari konsumsi energi AS.
Kontrak berjangka gas alam diperdagangkan dalam satuan 10.000 juta British thermal unit (mmBtu). Sementara penetapan harga didasarkan pada pengiriman di Henry Hub di Louisiana.
Amerika Serikat adalah produsen gas alam terbesar diikuti oleh Rusia. Sementara untuk kebutuhan benua Eropa, Rusia menjadi pemasok terbesar gas alam di kawasan tersebut.
Penghentian pasokan gas alam yang sempat melanda Benua Biru membuat beberapa negara ekonomi utama seperti Jerman dan Inggris kelimpungan pasokan energi dalam negeri. Kondisi ini mendorong Eropa memasuki era krisis energi terburu.
Ledakan pipa gas Nord Stream di Laut Baltik semakin memperparah konflik hingga krisis energi di Eropa.
Gazprom, perusahaan gas negara milik Rusia, memutuskan menutup pipa utama yang mengalir melalui Belarus dan Polandia dan mengirimkan gas ke Jerman dan negara-negara Eropa lainnya.
Pada Juni lalu, Gazprom memotong pengiriman gas melalui Nord Stream 1 sebesar 75% dari 170m3 meter kubik gas per hari menjadi hanya sekitar 40 m3 meter kubik saja.
- Batu bara
Dalam satu setengah tahun terakhir, batu bara mengalami kebangkitan yang mengejutkan. Kebangkitan ini ditopang oleh harganya yang terus melambung, juga pasokan yang tersedia melimpah.
Adalah invasi Rusia ke Ukraina yang telah menjadi game changer dan mengguncang pasar energi saat ini. Kondisi ini disebut berkontribusi terhadap dinamika harga batu bara.